Foucault masuk sekolah ke École Normale Superieure pada tahun 1946, pada masa kejayaan fenomenologi eksistensial. Tokoh-tokoh yang penting dan mempengaruhi aliran filsafat saat itu Merleau-Ponty dan Heidegger ia ikuti kuliahnya dengan tekun. Bacaan mengenai Hegel dan Marx yang ditafsirkan oleh Jean Hyppolite , dan strukturalis Louis Althusser memiliki pengaruh yang besar pada Foucault di École Normale. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa karya-karya awal Foucault selalu diawali dengan "Pendahuluan" di Dream and Existence oleh Ludwig Binswanger, seorang psikiater Heideggerian, dan Maladie mentale et personalité, buku saku tentang penyakit mental, ditulis dalam genggaman, yaitu , eksistensialisme, dan Marxisme. Walaupun pada akhirnya hal itu kemudian Foucault berpaling dari apa yang ia pegang teguh sebelumnya.
Jean-Paul Sartre, walaupun tidak punya pengaruh secara pribadi pada Foucault, selalu menjadi latar belakang dan acuan awal dari segala perkembangan pemikirannya. Seperti Sartre, Foucault mulai dari kebencian tanpa henti masyarakat borjuis dan kebudayaan dan dengan spontan simpati bagi kelompok-kelompok di pinggiran kaum borjuis (seniman, homoseksual, tahanan, dll). Hal ini dipengaruhi karena memiliki kesamaan ide dan kertarikan terhadap sastra, psikologi, dan filsafat, selain itu adalah kesamaan keduanya adalah, diawali aktivis yang sangat intens. Walaupun pada akhirnya kemudian Foucault tampaknya mengklaim dirinya mempunyai ide dan pemikiran yang berseberangan dengan Sartre. Secara filosofis, Foucault menolak cara pandang yang memusatkan diri sebagai subjek dari segala keberadaan (menyebut cara pandang semacam itu dengan istilah “transendental narcissism”). Foucault secara pribadi dan politis menolak Satre sebagai “universal intelectual”, yang menganggap bahwa suatu masyarakat digerakkan oleh prinsip-prinsip transendental. Walaupun demikian, hubungan pemikiran antara pemikiran kedua pemikir tersebut, merupakan suatu proses yang memperluas perkembangan bidang pemikiran mereka.
Tiga faktor penting yang mempengaruhi pemikiran Foucault muda adalah, Pertama, sejarah dan filsafat pengetahuan aliran Perancis yang saat itu dipengaruhi oleh pemikiran Georges Canguilhem yang memiliki banyak pemikiran mengenai sejarah dan filsafat biologi. Hal ini memberikan banyak inspirasi model pemikiran yang kemudian diaplikasikan dalam pemikiran-pemikiran dan karya dari Foucault mengenai sejarah ilmu pengetahuan manusia. Canguilhem adalah yang mensponsori tesis program doktor Foucault yang mengkaji mengenai sejarah kegilaan. Beliau juga orang yang paling berpengaruh dan mendukung karir Foucault. pendekatan Canguilhem mengenai sejarah ilmu pengetahuan (suatu pendekatan yang dikembangkan dari karya Gaston Bachelard), memberikan inspirasi mengenai “strong of sense” (Kuhn avant la lettre) diskontinuitas dalam sejarah ilmu pengetahuan. Hal ini membuat Foucault menjadi seorang "rasionalis", dan bukan lagi termasuk seorang fenomenolog dengan 'transendental kesadaran’.
Kedua, linguistik yang oleh Ferdinand de Saussure dan psikologi strukturalis yang dikembangkan oleh Jacques Lacan, dan Georges Dumezil's (seorang proto-strukturalis menekuni perbandingan agama) berpengaruh besar terhadap Foucault. Hal dapat diterapkan pada sudut pandang anti-subjektif dalam konteks bagi marjinalisasi pada subjek. Hal ini terlihat bahwa Foucault dapat dikategorikan sebagai seorang "strukturalis sejarah", dalam karyanya yang berjudul The Birth of the Clinic (mengenai asal usul kedokteran modern) dan The Order of Things (mengenai asal-usul pengetahuan manusia modern).
Pengaruh besar yang Ketiga, yaitu Foucault tergila-gila dengan sastra avant-garde Perancis, terutama karya-karya Georges Bataille dan Maurice Blanchot. Pengaruh ini memberi inspirasi mengenai the experiential concreteness of existential phenomenology (pengalaman kongkret fenomenologi eksistensial) tanpa harus meragukan asumsi filosofis mengenai subjektivitas. Hal yang menarik perhatiannya adalah kebangkitan karya-karya sastra ini mengenai "limited experiences" pengalaman-pengalaman yang terbatas), yang menggugah kita untuk ekstrem untuk menembus pemahaman konvensional.
Referensi:
http://plato.stanford.edu/entries/foucault/#3.1
Jean-Paul Sartre, walaupun tidak punya pengaruh secara pribadi pada Foucault, selalu menjadi latar belakang dan acuan awal dari segala perkembangan pemikirannya. Seperti Sartre, Foucault mulai dari kebencian tanpa henti masyarakat borjuis dan kebudayaan dan dengan spontan simpati bagi kelompok-kelompok di pinggiran kaum borjuis (seniman, homoseksual, tahanan, dll). Hal ini dipengaruhi karena memiliki kesamaan ide dan kertarikan terhadap sastra, psikologi, dan filsafat, selain itu adalah kesamaan keduanya adalah, diawali aktivis yang sangat intens. Walaupun pada akhirnya kemudian Foucault tampaknya mengklaim dirinya mempunyai ide dan pemikiran yang berseberangan dengan Sartre. Secara filosofis, Foucault menolak cara pandang yang memusatkan diri sebagai subjek dari segala keberadaan (menyebut cara pandang semacam itu dengan istilah “transendental narcissism”). Foucault secara pribadi dan politis menolak Satre sebagai “universal intelectual”, yang menganggap bahwa suatu masyarakat digerakkan oleh prinsip-prinsip transendental. Walaupun demikian, hubungan pemikiran antara pemikiran kedua pemikir tersebut, merupakan suatu proses yang memperluas perkembangan bidang pemikiran mereka.
Tiga faktor penting yang mempengaruhi pemikiran Foucault muda adalah, Pertama, sejarah dan filsafat pengetahuan aliran Perancis yang saat itu dipengaruhi oleh pemikiran Georges Canguilhem yang memiliki banyak pemikiran mengenai sejarah dan filsafat biologi. Hal ini memberikan banyak inspirasi model pemikiran yang kemudian diaplikasikan dalam pemikiran-pemikiran dan karya dari Foucault mengenai sejarah ilmu pengetahuan manusia. Canguilhem adalah yang mensponsori tesis program doktor Foucault yang mengkaji mengenai sejarah kegilaan. Beliau juga orang yang paling berpengaruh dan mendukung karir Foucault. pendekatan Canguilhem mengenai sejarah ilmu pengetahuan (suatu pendekatan yang dikembangkan dari karya Gaston Bachelard), memberikan inspirasi mengenai “strong of sense” (Kuhn avant la lettre) diskontinuitas dalam sejarah ilmu pengetahuan. Hal ini membuat Foucault menjadi seorang "rasionalis", dan bukan lagi termasuk seorang fenomenolog dengan 'transendental kesadaran’.
Kedua, linguistik yang oleh Ferdinand de Saussure dan psikologi strukturalis yang dikembangkan oleh Jacques Lacan, dan Georges Dumezil's (seorang proto-strukturalis menekuni perbandingan agama) berpengaruh besar terhadap Foucault. Hal dapat diterapkan pada sudut pandang anti-subjektif dalam konteks bagi marjinalisasi pada subjek. Hal ini terlihat bahwa Foucault dapat dikategorikan sebagai seorang "strukturalis sejarah", dalam karyanya yang berjudul The Birth of the Clinic (mengenai asal usul kedokteran modern) dan The Order of Things (mengenai asal-usul pengetahuan manusia modern).
Pengaruh besar yang Ketiga, yaitu Foucault tergila-gila dengan sastra avant-garde Perancis, terutama karya-karya Georges Bataille dan Maurice Blanchot. Pengaruh ini memberi inspirasi mengenai the experiential concreteness of existential phenomenology (pengalaman kongkret fenomenologi eksistensial) tanpa harus meragukan asumsi filosofis mengenai subjektivitas. Hal yang menarik perhatiannya adalah kebangkitan karya-karya sastra ini mengenai "limited experiences" pengalaman-pengalaman yang terbatas), yang menggugah kita untuk ekstrem untuk menembus pemahaman konvensional.
Referensi:
http://plato.stanford.edu/entries/foucault/#3.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar