Selasa, 23 Februari 2010

Rasa itu Hampir Sama

Pagi seperti ini ada rasa yang sepertinya pernah benar-benar kurasakan. Rasa itu hampir sama, segala kalimat, kilasan penampakan di benak, sekaligus cara berpikir. Terhempas tiba-tiba pada tanggal 4 September 2004, enam tahun yang lalu. Permasalahan masih sama, hanya waktu dan tempat yang berbeda, walau ruang pikirku tetap juga berkutat di situ dan tak juga beranjak.
Masih tetap memeriksa batin dan bertanya pada diri, "masih adakah rasa syukur di sini?"
Ketika kutemui sang rasa syukur tersebut masih saja berbentuk seperti gelombang yang hanya merespon kondisi sekitarnya, masih mengalami pasang surut bagai pantai yang dipengaruhi oleh gravitasi bulan yang mengorbit mengelilingi sang ego. Kemudian aku beranjak keluar, dan menggumam,"rasya syukur ini, dapat dipertahankan untuk tetap bersamaku, hanya saja perlu usaha dan semangat untuk tetap menggenggamnya, bahkan untuk memeluknya".
Memelihara, merawat, dan menumbuhkan rasa syukur membutuhkan beberapa tahapan cara, yang pertama adalah menyadarinya, kemudian mengidentifikasi, hama atau parasit yang selalu mengancam atau melekat siap untuk menggerogotinya. Kutemui hama pertama adalah kesombongan, walaupun hama ini pada awalnya memberikan banyak energi untuk mempertahankan stamina sistem diri, namun berikutnya ia akan mengacaukan merancukan pandangan ku mengenai konsep diri dan identifikasi rasa.
Halusinasi tentang pencitraan diri tersebut menjadi benar-benar rancu, dan hampir tidak dapat membedakan antara intuisi dan mood, keberanian dan kenekatan, kepasrahan dan keputusasaan, semangat dan nafsu, kata hati dan ego, kepercayaan diri dan kesombongan, harga diri dan gengsi, kerendahan hati dan kerendahan diri, visi dan ilusi, harapan dan ambisi, bahkan keikhlasan dan ketidakberdayaan diri.
Rasa syukur mendatangkan keikhlasan, keikhlasan menjadi bahan bakar bagi ketenangan, dan kebahagian (paling tidak sejauh ini). Ku masih berusaha waspada, melihat dengan pandangan yang lebih jernih dari sebelumnya. Hal tersebut harus tetap kujaga, karena dapat hilang dan terenggut tiba-tiba tanpa ku sadari, saat ku lengah.
Kembali lagi di di sini, saat ini.

Tidak ada komentar: