Foucault menyatakan bahwa representasi bukan hanya salah satu dari berbagai permasalahan filsafat modern. Seperti banyak penafsir, ia menganggap pemikiran filosofis dari Descartes ditekankan pada maslah mengenai pengetahuan. Sangat khas dan konsisten dengan pandangan, misalnya, Heidegger. Ia selalu melihat representasi sebagaimana inti pertanyaan terhadap pengetahuan.
Representasi Klasik
Foucault berpendapat bahwa mulai dari Descartes hingga Kant (sebagaimana di Perancis, pada masa itu disebut jaman Klasik), representasi hanya diidentifikasi sederhana dengan pikiran, dengan demikian maka, berpikir adalah pada saat menerapkan ide-ide untuk merepresentasikan objek pemikiran. Namun, kita harus benar-benar jelas mengenai arti sebuah ide untuk merepresentasikan suatu objek. Hal ini bukan merupakan yang pertama dari beberapa pemilahan hubungan berdasarkan kemiripan : tetapi lebih dari sesuatu yang kosong dari ide itu sendiri yang merupakan representasi dari objek tersebut. (bagaimanapun juga hal ini tidak memerlukan acuan yang tidak relevan dari representasi ide mengenai objek itu sendiri). Sementara yang sebaliknya, pada masa rennaisance, pengetahuan dipahami sebagai hal mengenai kemirimapan dan pemilahan dari tanda-tannda.
Peta adalah model yang berguna untuk representasi dengan cara klasik. Peta terdiri dari serangkaian garis lebar yang berbeda-beda, panjang, dan warna, dan dengan demikian menujukkan informasi mengenai jalan-jalan di dan sekitar kota. Ini bukan karena jalan memiliki sifat-sifat dalam peta (yang lebar, panjang, dan warna garis), tetapi karena struktur abstrak yang diberikan pada peta (hubungan antara garis-garis) meniru struktur abstrak jalan. Pada Inti dari pemikiran Klasik adalah prinsip yang kita tahu dalam kebajikan memiliki gagasan yang, dalam pengertian ini, merepresentasikan apa yang kita ketahui. Tentu saja, berbeda dengan peta, kita tidak perlu mengetahui fitur-fitur yang sebenarnya sebenarnya merupakan ide-ide kita dalam kebajikan yang drepresentasikan. (Dalam skolastik terminologi Descartes, kita tidak perlu mengetahui "realitas formal".) Kita hanya perlu tahu struktur abstrak yang mereka bagi dengan hal-hal yang mereka direpresentasikan (struktur dari apa yang menurut Descartes adalah "realitas objektif"). Kita bagaimanapun, telah memiliki akses langsung (introspektif) terhadap struktur abstrak ide-ide kita: kita bisa "melihat" struktur apa yang mereka miliki. Lebih jauh lagi, kita dapat mengubah struktur sebuah ide untuk membuat representasi yang lebih baik dari sebuah objek, seperti yang kita dapat mengubah peta untuk memperbaikinya.
Bagaimana pada pandangan klasik? apakah kita tahu bahwa ide merupakan representasi dari obyek dan representasi tersebut yang memadai?, Foucault berpendapat tidak, dengan membandingkan ide dengan objek seperti memisahkan dua hal tersebut dari representasi. Ini mustahil,untuk mengetahui objek tanpa representasi (anggapan kaum klasik, tahu adalah untuk merepresentasikan). Satu-satunya kemungkinan adalah bahwa ide itu sendiri harus menjelaskan bahwa itu adalah representasi. Gagasan representasi dari fakta, dengan demikian hal itu adalah representasi. Mengenai pertanyaan apakah ide adalah representasi? Ini merupakan"self-referensial" fitur yang ada padanya. Mengenai kelayakannya, hal itu harus terdiri beberapa bagian dari ide, serta juga kelayakan kesaksian dari hal tersebut. Sebagai contoh, Descartes ' " persepsi yang jelas dan berbeda" atau impresi sederhananya Hume. Dalam pengertian ini, awal filsafat modern harus selalu didasarkan pada "intuisi" (intelektual atau indera). Namun, perlu diketahui bahwa "intuisi" dari sebuah ide yang tidak memadai, dengan sendirinya, menetapkan keberadaan independen objek yang direpresentasikan oleh ide. Sejauh pandangan modern awal yang bersangkutan, mungkin tidak ada objek tersebut, atau, jika ada, ini perlu dibangun dengan beberapa cara lain (misalnya, sebuah argumen atau beberapa jenis intuisi).
Kita melihat, kemudian, bahwa bagi Foucault kunci untuk mengetahui pemahaman Klasik adalah ide, sebagai representasi dari mental. Pemikir klasik dapat tidak sepakat tentang status ontologis ide-ide yang sebenarnya (realitas formal dari ide tersebut); tetapi mereka semua harus setuju bahwa sebagai representasi (secara epistimologi, jika tidak ontologis) mereka adalah "non-fisik" dan "non-historis", yang secara tepat dapat merepresentasikan objek-objek tersebut, mereka tidak dapat dipahami sebagai sesuatu yang berperan dalam jaringan kausal atau alam dunia manusia. Beranjak dari hal ini kemudian diikuti lebih lanjut oleh bahasa -yang merupakan fisik sekaligus realitas historis- bisa tidak memiliki peran penting dalam pengetahuan. Bahasa bisa jadi tidak lebih tinggi dari sekedar instrumen berpikir: representasi fisik dari ide, tidak memiliki makna kecuali dalam hubungannya dengan ide-ide tersebut.
Referensi:
http://plato.stanford.edu/entries/foucault/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar