Artikel ini masih mengetengahkan pemikiran Richard Pring dalam tema besar mengenai filosofi riset pendidikan. Dalam mempelajari mengenai hal yang paling mendasar pada riset pendidikan, saya rasa saat ini sudah tiba pada pembahasan yang sangat penting, yaitu konsep-konsep kunci dalam pendidikan. Pring menyebutkan terdapat tiga konsep kunci dalam pendidikan. Pertama, pengembangan pribadi dan kepribadian, kedua, pembelajaran, yang ketiga adalah pengajaran. Dalam pembahasan artikel ini hanya akan disajikan untuk bagian pertamanya saja yaitu Pengembangan pribadi dan kepribadian, sementara untuk yang kedua dan ketiga akan disajikan pada sambungan artikel berikutnya di filosofi riset kependidikan yang ke (7) dan (8). Berikut ini adalah pembahasan pertama dan masih dengan penerjemahan yang masih sangat terbatas, dan akan terus diedit, sekirannya pembaca mengajukan perbaikan bahasa atau istilah, saya sangat berterimakasih dan itu juga merupakan hal yang saya harapkan.
Penelitian kependidikan memiliki tujuan untuk memberikan arti atau
makna dari aktivitas, kebijakan, dan institusi melalui penataan pembelajaran,
sehingga dapat membantu perubahan kapasitas seseorang untuk menjadi hidup lebih
sempurna, dan kehidupan manusia menjadi lebih berkarakter. Penelitian perlu
untuk hadir untuk mengungkap karakter dari manusia sebagai menjadi suatu
pribadi dan menjadi seseorang yang lebih berkembang dan memiliki arti. Untuk
mencapai hal ini perlu dipahami mengenai “apa” dan “bagaimana” pembelajaran mengembangkan
kapasitas manusia berkarakter, serta untuk memperoleh pemahaman ini bukanlah
hal yang sederhana. Hal ini harus dianalisis dengan cermat. Dan “pengajaran“ fortiori (meyakinkan), akan mencerminkan kompleksitasnya.
Pengembangan pribadi
dan kepribadian
Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kualitas dan
kapasitas karakter manusia, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan dan
pemahaman. Kemudian, apa yang dimaksud dengan kualitas dan kapasitas yang kemudian
terkait dengan pembentukan karakter menjadi seseorang?
Pertama, konsep pribadi
merupakan suatu kesatuan dari kesadaran, sebagai kapasitas untuk kemampuan memaknai
pengalaman dunia, dan bukan hanya untuk mengalami dalam interaksi secara fisik. Kesadaran tersebut disusun
dari berbagai pemahaman. Hal ini dapat semakin disempurnakan melalui
pembelajaran. Memang, pendidikan bertujuan untuk memperkenalkan supaya pikiran dapat tumbuh sehingga
bentuk pemahaman dapat merubah ke arah yang lebih luas dan kompleks mengenai
dunia.
Kedua, salah satu aspek mengenai pemahaman tentang dunia
adalah pengakuan dari orang lain sebagai pribadi -yaitu, sebagai pusat kesadaran pada
hak asasi mereka sendiri dengan kapasitas untuk berpikir, merasa dan mengalami
dengan jelas pikiran-pikiran. Hal itu adalah kepemilikan kapasitas, juga, untuk
merenungkan diri sendiri (refleksi sebagai) sebagai pribadi - mampu memiliki pikiran dan sudut
pandang sendiri.
Ketiga, seseorang dengan pemahaman, seperti memiliki
kapasitas untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara yang khas - tidak
hanya sebagai salah satu objek fisik lain tapi sebagai salah satu pusat
kesadaran yang lain. Orang berbagi dunia makna, bukan hanya dunia fisik ruang
dan waktu.
Keempat, pribadi yang berbagi pemahaman secara praktis antara satu dengan
lainnya, mengenai apa yang harus dilakukan dan untuk saling membantu. Kesepakatan tersebut dianggap bahwa seseorang dapat melakukan kontrol atas kehidupan
sendiri dan satu yang dapat bertindak secara otonom, tidak menjadi benar-benar
di bawah kekuasaan orang lain atau dari kekuatan alam.
Kelima, bagaimanapun, kualitas kehidupan pribadi tergantung pada hubungan
sosial dan pengaturan kelembagaan yang mendukung mereka. Tapi ini jaringan
sosial dan pengaturan kelembagaan, sangat penting dalam membentuk diri sebagai
pribadi, adalah produk dari usaha manusia. Tanggung jawab untuk hidup sendiri meluas
ke tanggung jawab konteks sosial yang hidup, dan yang membutuhkan disposisi, keterampilan dan pengetahuan untuk mengambil bagian aktif. Dalam hal
ini, orang-orang adalah hewan politik - yang mampu membentuk lingkungan sosial
yang mempengaruhi mendalam kualitas hidup.
Keenam, oleh karena itu, 'pribadi' adalah sebuah konsep
moral dalam dua pengertian. Di satu sisi, itu berarti kapasitas untuk mengambil
tanggung jawab atas tindakan sendiri dan kehidupan sendiri seseorang. Di sisi
lain, hal ini menunjukkan keinginan yang begitu diperlakukan - sedang diberi kesempatan untuk mengambil tanggung jawab itu
dan menghormati itu pada orang lain. Untuk sepenuhnya seseorang untuk
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dan harus diperlakukan seolah-olah
satu bertanggung jawab. Hal ini tercermin dalam prinsip-prinsip moral
'menghormati orang' dan di klaim moral untuk diperlakukan dengan rasa harga
diri.
Proses pembentukan karakter (karakterisasi) menjadi pribadi didasari
berbagai hal, meskipun saling terkait, kapasitas yang mungkin atau tidak
diaktualisasikan melalui praktek pendidikan - kemampuan untuk berpikir dan
merasakan, melihat orang lain sebagai pribadi dan untuk berhubungan dengan mereka, untuk menyadari diri sebagai pribadi, untuk terlibat dalam kesepakatan moral yang penting untuk pembuangan tanggung jawab itu, untuk
memiliki cita-cita yang mengangkat dan memotivasi. Tapi ada hambatan dalam berlatih
-ketidakpedulian, keyakinan yang salah, kurangnya harga diri, iri hati dan
kebencian terhadap orang lain, tidak adanya keterampilan sosial, serta kurangnya cakrawala pengetahuan
untuk memandu pembahasan. Selain itu terjadi kebosanan, atau dengan kata lain kegagalan untuk menarik minat
pada hal-hal di sekitar, yang membuat tidak berlakunya kapasitas karakter manusia.
Latihan dalam membentuk kapasitas mereka tergantung pada proses pembelajaran. Kebodohan dan ketidakberdayaan akan masih tetap ada, kecuali melalui pembelajaran, sebagai salah satu memperoleh konsep dan
pengetahuan yang kemudian menghilangkan kebodohan yang memungkinkan seseorang untuk
memahami diri sendiri dan orang lain, serta kewajiban dan tanggung jawab
seseorang. Belajar adalah penting untuk menjadi pribadi sepenuhnya. Melalui
belajar satu merangkul cita-cita yang memuliakan dan memotivasi, dengan standar memungkinkan untuk mengevaluasi kinerja sendiri dan orang lain. Remaja,
khususnya, adalah periode di mana orang-orang muda mencari untuk menemukan
identitas karakter mereka - menjadi pribadi yang seperti mereka inginkan, cita-cita yang
layak diperjuangkan, keinginan untuk dihargai, bakat yang
perlu dikembangkan, jenis hubungan di mana mereka akan menemukan penyempurnaan, gaya hidup yang ingin diraih.
Setiap orang membutuhkan teladan (idola),
yang semuanya tergantung pada pembelajaran: pengetahuan dan pemahaman: konsep,
bentuk-bentuk pikiran, keyakinan, yang dapat memahami dunia dan beroperasi
secara cerdas di dalamnya; kebajikan intelektual: kejujuran, "tidak memasak
buku", menguji dan berbagi keyakinan, keterbukaan terhadap ide-ide baru - tetapi
juga skeptis terhadap klaim yang belum teruji; imajinasi: berpikir lateral, pemecahan
masalah, berpikir di luar yang diberikan, membuat hubungan antara masa sekarang
dan masa lalu, kembali menafsirkan pengalaman dalam terang pengalaman
sebelumnya;keterampilan intelektual: keterampilan penyelidikan (apakah ilmiah
di laboratorium, moral dalam memotong dan dorong diskusi, atau sosial dalam
melakukan penyelidikan), penalaran, argumen marshalling, dari mengumpulkan bukti-bukti,
berkomunikasi hasil; refleksi diri: termasuk pengembangan pengetahuan diri; kebajikan
moral dan kebiasaan: seperti kebaikan, kemurahan hati, peduli lingkungan,
kepekaan terhadap orang lain, rendah hati dalam menghadapi kesuksesan,
keberanian dalam menghadapi bahaya, loyalitas kepada teman – disposisi yang
mewujudkan cita-cita bagaimana hidup harus dijalani; keterlibatan sosial dan
politik: kapasitas untuk berpartisipasi dalam dan untuk mempengaruhi kegiatan
sosial yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang; integritas dan keaslian:
kapasitas, di tengah tuntutan yang berbeda pada kesetiaan seseorang, untuk
mencari apa yang benar dan tekun dalam kesulitan - tidak terpengaruh oleh
mode atau popularitas.
Pendidikan menggabungkan nilai-nilai yang dihubungkan dengan pembentukan
pribadi dalam arti luas ini. Tapi formasi yang akan dipahami dalam tradisi
moral yang berbeda dan bersaing. Oleh karena itu, dalam menghargai peserta
didik sebagai pribadi (dalam menhargaii integritas dan keaslian) seseorang harus
memberi mereka kredit untuk pencarian pribadi untuk kehidupan yang bermakna dan
signifikan dalam berbagai kemungkinan. Untuk Terlibat dalam pencarian ini - untuk
menjadi otentik sebagai lawan mengambil melewati mode papan - adalah tugas yang
menakutkan dan sering menyakitkan. Ini berarti sering melanggar dengan
loyalitas dan pandangan dihargai. Tapi itu adalah bagian dari keseriusan hidup.
Dan keseriusan yang tidak berarti terbatas pada akademis mampu. Maupuntidak
tergantung pada keunggulan intelektual. Itu terletak di belakang suara banyak
yang hanya ingin dianggap serius. Dalam hal itu, sebagaimana Charles Taylor mengacu pada
'cakrawala signifikansi' di mana setiap ingin mengetahui dan menilai sesuatu
dengan cara tertentu. Memiliki wawasan moral merupakan hal penting untuk pertimbangan dan pilihan-pilihan atas bagaimana untuk
hidup masa depan seseorang. Dia berpendapat
"Mungkin cara terbaik untuk melihat
hal ini adalah fokus pada masalah yang biasa kita gambarkan hari ini
sebagai pertanyaan mengenai identitas (identifikasi). Kita berbicara tentang suatu hal karena
pertanyaan yang sering diutarakan secara spontan oleh orang-orang dalam bentuk:
Siapakah aku? Tapi ini belum tentu bisa menjawab dengan memberikan nama dan
silsilah. Apa menjawab pertanyaan ini bagi kita adalah pemahaman tentang apa
yang adalah sangat penting bagi kami. Untuk mengetahui siapa saya adalah
spesies yang tahu di mana aku berdiri. Identitas saya didefinisikan oleh komitmen
dan identifikasi yang menyediakan frame atau cakrawala di mana saya bisa
mencoba untuk menentukan dari kasus ke kasus apa yang baik, atau berharga, atau
apa yang harus dilakukan, atau apa yang saya mendukung atau menentang. Dengan
kata lain, itu adalah cakrawala di mana saya mampu mengambil sikap. (Taylor,
1989, hal. 27)
Upaya melakukan identifikasi diri bertahap ini titik awal dan inti dari
pendidikan, dan tentu saja setiap pribadi akan bervariasi dalam mengidentifikasi dirinya. Namun hal ini memiliki implikasi dalam praktek pendidikan dan untuk
sifat interaksi antara guru dan pelajar yang dieksplorasi (secara kritis dan jelas mengenai
apa yang orang lain katakan melalui literatur, drama, dan sebagainya) cita-cita
layak, kapasitas seperti apa yang harus dikembangkan, ingin menjadi pribadi yang seperti apa kemudian, standar terhadap yang kinerja harus dinilai.
Tetapi tidak penelitian, menggunakan istilah-istilah yang berbeda dan berpartisipasi dalam
bentuk yang berbeda dari wacana. Karena jika memaksakan perbedaan, tentu mengabaikan ini karakter dasarnya moral
pendidikan.
Untuk sekian kali, dalam suatu pendidikan, pengembangan pribadi, refleksi (evaluasi diri) adalah hal yang paling penting sebagai batu pijakan pertama, dan yang tersulit untuk menjalani hal ini, adalah keberanian untuk jujur pada diri sendiri.
Referensi
Pring, Richard,
2005, Philosopy of Educational Research, Second Edition. London: Continuum
Taylor, Charles,
1989. Source of Self. Cambrige: Cambrige University Press