Buku ini merupakan revisi utama kedua dari ide yang dimulai pada tahun 1990 pada
beberapa penelitian tentang “Peran Kepala Sekolah dalam Membentuk Sekolah
Budaya” -best-seller Departemen Pendidikan AS. Buku ini direvisi dan
diterbitkan kembali dengan sebagai Pembentukan Budaya Sekolah: Jantung
Kepemimpinan (1999). Secara substansial tema diperluas dan dikembangkan menjadi
berjudul: Pembentukan Budaya Sekolah: Perangkap, Paradoks, dan Janji. Penyajian
materi yang signifikan ditambahkan pada paradoks, selain diperbarui dan
diperluas dengan ilustrasi untuk memperkenalkan beberapa ide baru. Seperti
biasa, buku ini menjadi lebih sempurna atas banyak bantuan dari para pimpinan
sekolah selama proses penulisan ulang edisi ini. Bantuan dalam materi penulisan
buku ini juga berasal dari seluruh negara bagian dan berbagai ide dari seluruh
dunia, selain itu tak ketinggalan dari pembaca dua edisi sebelumnya yang telah
berbagi dan menyumbangkan contoh kasus. Sekali lagi hal ini menegaskan, bahwa
cerita dan contoh membuat semakin beraneka ragamnya cara berpikir serta
strategi di sekolah mereka dan cara penanganan masalah budaya.
Hal ini jelas membutuhkan waktu waktu
untuk mempertimbangkan dan memikirkan kembali pentingnya budaya sekolah di
lingkungan pendidikan saat ini. Siswa memiliki hak untuk mendapatkan sesuatu
yang terbaik dari sekolah, serta yang terbaik dari apa yang dapat kita berikan.
Terdapat sedikit keraguan bahwa staf pengajar dan administrator dapat menunjukkan
jalan menuju budaya yang sukses sebagai suatu tempat di mana semua siswa
belajar. Mengingat akhir-akhir ini, terlalu banyak penekanan telah diberikan
kepada reformasi sekolah dari luar melalui kebijakan dan mandat seperti No Child Left Behind (NCLB), Tidak ada
anak yang ditinggalkan/diabaikan. Terlalu
sedikit perhatian telah ditujukan kepada cara sekolah dapat dibentuk dari dalam
tanpa intervensi dari luar, sebagaimana ditunjukkan oleh Roland Barth (1991).
Penelitian dan contoh-contoh
praktek, baik diambil dari pendidikan ataupun bisnis menunjukkan, bahwa memungkinkan
dalam setiap komunitas untuk dikembangkan menjadi atau menyamai sekolah papan
atas. Buku ini mencoba membawa segala hal terbaik, sejauh yang kita tahu tentang
budaya untuk memberikan wawasan dan contoh cara bagi guru, administrator, orang
tua, dan masyarakat dapat menciptakan berbagai hal yang positif, seperti rasa
peduli, dan sekolah menantang secara intelektual. Pentingnya budaya sekolah dan
peran simbolik pemimpin dalam membentuk pola dan praktek budaya, masih tetap menjadi hal inti dari buku ini.
Sementara pembuat kebijakan dan reformis
mendesak untuk membentuk struktur baru dan penilaian yang lebih rasional, serta
yang penting untuk diingat adalah setiap perubahan ini tidak dapat berhasil
tanpa dukungan budaya. Tujuan sekolah secara eksistensial merupakan kunci untuk
pencapaian dan pembelajaran siswa. Dalam buku ini, penelitian telah diperluas beranjak
dari penelitian yang mendasar sebelumnya. Hal ini akan menunjukkan bagaimana
budaya mempengaruhi fungsi sekolah. Kita juga mengambil bukti dari dunia
bisnis, menghubungkan budaya dengan kinerja keuangan.
Arti penting misi dan tujuan, ditambahahkan
dengan beberapa pelengkap materi baru, karena misi dan tujuan adalah fitur
utama dari budaya. Contoh jenis-jenis ritual dan tradisi yang ditemukan di sekolah-sekolah berkualitas juga ditambahkan. Selain contoh kasus
baru dari cara
bercerita dan sejarah yang digunakan untuk membangun komitmen dan motivasi. Ilustrasi baru yang penting dari simbol-simbol arsitektur serta dalam tindakan ditambahkan. Studi kasus asli budaya bangunan dan pengembangan ditambahkan dalam bab-bab yang relevan; sebelumnya, contoh kasus ditambahkan secara terpisah dan hanya tampak sebagai tambahan lampiran. Kasus dengan materi yang cukup ditambahakan pada cara dan pembentukan budaya pemimpin, dengan peran baru dan berbagai contoh yang dapat bermanfaat. Ide-ide baru yang ditambahkan juga mengenai hal- hal ''beracun'' pada budaya negatif yang berada dalam ritual, tradisi, dan nilai-nilai
telah menjadi sangat “asam” dan mengancam jiwa sekolah. Perluasan diskusi dilakukan dalam kaitan dengan budaya sekolah, orang tua dan masyarakat setempat. Topik tersebut saat ini menjadi hal yang layak untuk dicermati dan diperhatikan.
bercerita dan sejarah yang digunakan untuk membangun komitmen dan motivasi. Ilustrasi baru yang penting dari simbol-simbol arsitektur serta dalam tindakan ditambahkan. Studi kasus asli budaya bangunan dan pengembangan ditambahkan dalam bab-bab yang relevan; sebelumnya, contoh kasus ditambahkan secara terpisah dan hanya tampak sebagai tambahan lampiran. Kasus dengan materi yang cukup ditambahakan pada cara dan pembentukan budaya pemimpin, dengan peran baru dan berbagai contoh yang dapat bermanfaat. Ide-ide baru yang ditambahkan juga mengenai hal- hal ''beracun'' pada budaya negatif yang berada dalam ritual, tradisi, dan nilai-nilai
telah menjadi sangat “asam” dan mengancam jiwa sekolah. Perluasan diskusi dilakukan dalam kaitan dengan budaya sekolah, orang tua dan masyarakat setempat. Topik tersebut saat ini menjadi hal yang layak untuk dicermati dan diperhatikan.
Contoh-contoh dan kasus baru
dikumpulkan oleh penulis buku ini sambil penulis menjalankan tugas berkeja sama
dengan sekolah-sekolah dan organisasi di seluruh dunia, antara lain: Inggris,
Columbia, London, Taiwan, Toronto, dan Norwegia. Beberapa contoh yang sangat bagus
ditambahkan dari para peneliti lain, tentang sekolah yang sedang berusaha untuk
mengubah diri, melengkapi ilustrasi dan memperkaya bangunan-bangunan budaya. Kita
percaya bahwa penting untuk kembali mengetengahkan pembahasan sebelum-sebelumnya
yang melatar belakangi kajian pada kepemimpinan bifocal (banyak peran) dan
paradoks. Dalam buku ini secara sistematis dibahas mengenai beberapa hal
sebagai berikut:
Cara pembentukan budaya sekolah
di sekolah-sekolah terkemuka, dan bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan
pendidikan dan bisnis pada suatu lembaga pendidikan. Hal ini akan disajikan
dalam bentuk kisah-kisah yang cukup menarik.
Fokus pembahasan juga diarahkan pada
unsur-usur budaya dan kepemiminan yang sukses. Unsur-unsur kepemimpinan pada
setiap tingkat, mulai dari tingkat guru, kepala sekolah, orang tua, dan anggota
komunitas di sekolah dalam membentuk identitas dan citra sekolah. Kesuksesan
sekolah di sini ditunjukkan bagaimana pimpinan sekolah tersebut mampu membaca, menilai, dan memperkuat inti ritual,
tradisi, dan nilai-nilai. Sekolah yang sukses memiliki banyak orang yang
memiliki jiwa kepemimpinan pada setiap bagiannya, di mana mereka turut
memelihara dan mendukung proses belajar dalam segala hal baik siswa dan seluruh
staf yang ada. Budaya sukses hanya dimiliki oleh seorang pemimpin yang
berwawasan jauh ke depan, mengenai pentingnya sekolah dan ingin membangun
kondisi yang terbaik sejauh kemampuan mereka, dan hal ini berasal dari hati
yang paling dalam. Budaya yang sukses akan dapat mengatasi segala tugas yang
paradoks demi keuntungan dan menciptakan berbagai peluang dalam jangka panjang
di masa depan.
Buku ini diharapkan oleh
penulisnya dapat menjadi pendukung, pendorong dan pemelihara semangat bagi para
pimpinan di sekolah. Pada bagian awal buku ini juga akan diperkenalkan
bagaimana budaya sekolah dalam menjalankan reformasi dan pembelajaran siswa. Ditegaskan
bahwa hal yang tidak kalah penting untuk perkembangan kemajuan sekolah adalah
bagaimana mengelola dan mengorganisasikan berbagai pustaka dan penelitian,
selain menekan pada budaya prestasi pada para alumninya.
Elemen-elemen budaya juga
ditekankan pada karena menjadi bagian yang sangat penting pada pendidikan,
tatanan budaya merupakan landasan dasar bagi tugas dan pekerjaan yang bermakna.
Dalam salah satu bab buku ini
juga menyajikan studi kasus, dengan sudut pandang sekolah sebagai suatu masyarakat
“tribal” yang sedang berevolusi untuk menjadi lebih maju dan beradab, beranjak
dari suasana yang suram ber-tranformasi menjadi sekolah dengan kepemimpinan
visioner, dengan tujuan yang ditanamkan secara mendalam, dan selalu membagun
motivasi dengan diperkuat oleh tradisi dan ritual.
Pada Bab berikutnya eksplorasi potensi simbol yang
mengacu pada tindakan keseharian. Hal yang dapat dilihat dari arsitektur
bangunan sekolah, motto/semboyan, kata-kata dan juga tindakan. Hal berikutnya
dilanjutkan pada pembahasan mengenai pentingnya aspek historis sekolah untuk
digunakan sebagai reafirmasi untuk memperkuat dan ritual untuk menjaga semangat
yang dibangkitkan dari tujuan ataupun kejayaan sekolah atau cita-cita awal dari
sekolah yang kemudian akan menentukan pola budaya dan tata cara saat ini. Pusat
bagi setiap kultur sekolah terletak pada sejarah, peristiwa-peristiwa masa lalu
yang membentuk kondisi saat ini.
Warisan-warisan sejarah yang terdiri
dari mitos, misi, tujuan, dan nilai-nilai, perlu digarisbawahi mengingat
pentingnya tujuan yang sarat makna dan nilai-nilai yang telah menjadi milik
bersama secara luas sebagai pemantik semangat dan vitalitas sekolah.
Pembahasan lain juga dijabarkan
mengenai bagaimana cerita saat ini dan kisah-kisah masalalu dapat menambah energi budaya arus budaya untuk
tetap lestari sebagai pelajaran yang penting. Di sini pula akan diungkap rutinitas
sehari-hari untuk menampilkan makna ritual, termasuk seremoni seremoni dan
Tradisi, ritual ini akan menjadi wahana yang lebih besar dan semakin besar
secara episodik, seiring budaya perayaan-perayaan yang direpresentasikan.
Para aktor kebudayaan juga perlu
untuk dikemukan, dengan mengungkapkan peran-peran nyata yang sering muncul dan
hal tersebut merupakan tugas di luar “job description” resmiyang merupakan
bagian dari pola dan praktek untuk selalu menjaga supaya kebudayaan tetap utuh
dan pada jalurnya sesuai dengan cita-cita awal.
Bagian Kedua dari buku ini
adalahPeran simbolik Pemimpin Sekolah yang dipaparkan bagaimana konsep-konsep
tersebut diterapkan secara aplikatif. Pembahasan tentang bagaimana lembaga
pendidikan melakukan transformasi, dan melakukan metamorfosis budaya.
Contoh-contoh kasus juga akan disajikan, dengan maksud untuk menunjukkan
bagaimana suatu kepemimpinan dapat membangun sekolah, dengan berpedoman pada budaya melalui tujuan, semangat dan segala
unsur budayanya.
Pembahasan mengenai budaya yang
menjadi asam (acid) atau penuh dengan bakteri pembusuk/ septic. Dalam bab
tersebut menggambarkan pengalaman sekolah-sekolah dari sisi gelap. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi fitur dari sisi gelap dalam rangka menyiapkan
penawar (anti-dotes) ketika situasi yang beracun.
Pemeriksaan atau mencermati hubungan simbolis kunci antara sekolah, orang
tua, dan masyarakat dilakukan dan disajikan secara deskriptif. Disajikan pula deskripsi
mengenai aneka peran (multipleroles) para pemimpin dengan mengambil peran sebagai
pembentuk budaya, yaitu sebagai: Sejarawan, detektif antropologi, visioner,
simbol, Pengrajin Keramik, penyair, aktor, dan penyembuh. Setelah itu kemudian
dijabarkan aspek teknis manajemen dalam menjalankan peran simbolis kepemimpinan
tersebut. Aspek simbolis kepemimpinan untuk menciptakan ide pokok “bifocal”
(peran ganda) yang menuntut untuk berpikir baik secara struktural segaligus
simbolis. Belum banyak Sangat sedikit isu-isu
dalam dalam dunia kependidikan mengenai kepala sekolah yang mengatakan “ya” untuk
berurusan dengan kondisi paradoks karena akan membuat makin bertambahnya
pekerjaan, sehingga justru lebih sering menghindari untuk mengurangi stres dan kurang
menguntungkan. Hanya pemimpin sekolah yang memiliki keinginan besar untuk
membangun dan mempertahankan budaya yang sukses harus menghadapi paradoks ini kemudian
memanfaatkan secara rasional dan etis kesempatan-kesempatan untuk
berkonfrontasi. Pendekatan ini mengarah pada sekolah yang ideal.
Pada beberapa bagian terakhir
buku ini mengulas tentang bagaimana untuk mencapai keseimbangan dengan budaya
rapat untuk menjawab tuntutan struktural. Paradoks-paradoks ini merupakan
tantangan yang akan membentuk arah dan harapan bagi para pemimpin untuk terus
melakukan eksplorasi pada milenium ini.
Referensi
Barth, R. S. (1991). Improving
schools from within: Teachers, parents, and principals can make the difference.
San Francisco: Jossey-Bass.
Deal, T. E., & Peterson, K.
D. (1990). The principal’s role in shaping school culture. Washington,
D.C.: U.S. Department of Education.
Deal, T. E., & Peterson, K.
D. (1994). The leadership paradox: Balancing logic and artistry in schools.
San Francisco: Jossey-Bass.
Deal, T. E., & Peterson, K.
D. (2009). Shaping School Culture: Pitfall, Paradoxes, Promises. San
Francisco: Jossey-Bass.