Fakta-Fakta
Cara lain untuk berpikir mengenai “kebenaran”
mungkin adalah berpikir mengenai apa yang disebut “fakta”, pemikiran mengenai
konsep ini terlihat akan menjadi sama ilusifnya dengan “kebenaran”. Dan
sekarang, pada level kesapakatan bersama secara pasti, kita berbicara fakta
secara lebih menyenangkan. Ketika terdapat suatu yang mengganggu pikiran guru,
maka sangat pantas maka pertanyaan mengenai fakta ini menjadi sesuai (hal ini ketika
membandingkan secara lawan kata dengan pernyataan-pernyataan fiksi). Klaim
secara umum mengenai kenampakan, klaim pernyataan umum
tentang kinerja sekolah,
katakanlah, masih perlu diperiksa berdasarkan fakta-fakta.
Upaya
mengaitkan “fakta” dengan peristiwa yang berlainan menjadi suatu kesulitan
tersendiri, karena antara pernyataan dengan peristiwa sesungghnya merupakan
sesuatu yang terpisah, namun pernyataan tersebut seharusnya mencerminkan dan
menggambarkan peristiwa tersebut. Dengan demikian, katakanlah deskripsi lengkap
mengenai suatu pantai, dapat diambil dari pemandangan yang ada di pantai
tersebut –pernyataan tentang anekawarna jutaan kerikil yang membentuk pantai
itu. Namun itu tidak bisa diterima. Terdapat bebagai perbedaan cara untuk
mendiskripsikan pantai tersebut sehingga dapat benar secara faktual. Hanya saja
sebagaimana bahasa mengenai kenyataan tidak dapat dipisahkan pada seperangkat pernyataan
mendasar terbatas, sehingga realitas tidak terdiri dari seperangkat besar tetapi
terbatas pada fakta dengan pernyataan dasar yang sesuai. Namun hal tersebut,
seperti yang telah dijelaskan, hal ini bukan berarti bahwa tidak terdapat fitur
dari realitas yang memungkinkan secara benar untuk mengatakan hal tersebut.
'Fakta' merujuk pada fitur-fitur realitas, dijelaskan dengan suatu cara tertentu,
yang memungkinkan secara jujur untuk membuat pernyataan tertentu.
Oleh
karena itu, fakta bukan merupakan berbagai hal di mana seseorang mengamati
secara independen dengan cara tertentu untuk menggambarkan dunia. Namun lebih
pada suatu cara yang berbeda untuk menggambarkan dunia akan menarik bagi fakta
yang berbeda. Namun, fakta tersebut tetap, mencerminkan fitur dunia nyata yang
dapat menjadi lingkup deskripsi secara tepat.
Dengan
demikan nampak tidak ada alasan mengapa seseorag tidak mengatakan mengenai
fakta sosial, hal tersebut disebabkan karena fitur-fitur dunia sosial yang
merupakan pernyataan mengenai dunia apakah itu benar atau salah. Sebagaimana
dijelaskan di atas, terdapat beberapa aspek dari dunia personal dan dunia
sosial, di mana mereka bukan kreasi pribadi, walaupun mereka merupakan hasil
dari interaksi sosial, dan mungkin juga ditransformasikan melalui ikatan-ikatan
individu dan sosial.Aku mewarisi dunia sosial melalui hubungan telah terbentuk mapan
dan diakui. Aku, bersama dengan orang lain, membuat penemuan dalam dunia
sosial. Dan, setelah penemuan-penemuan tersebut, aku bisa mengubah dunia itu -
mengubah fakta, jika Anda suka.
Fakta,
tidak pandang bulu, mengesankan pada dirinya sendiri. Fakta bukan semacam sesuatu
yang dapat dikumpulkan dan ditambahkan. Sebaliknya, fakta diidentifikasi dengan
cara tertentu untuk menggambarkan dunia fisik dan sosial. Guru, memastikan
penyebab masalah tersebut telah menggambarkan segala sesuatu yang harus
dihitung sebagai fakta, yaitu, peristiwa-peristiwa (aspek-aspek dunia nyata,
termasuk hubungan sosial) yang akan membantu menjelaskan peristiwa tertentu.
Jika Anda suka, 'fakta' sudah merupakan 'terkandung teori'. 'Fakta', teori dan
deskripsi realitas adalah konsep-konsep yang saling terhubung.
Sebagian
karena hal ini belum diakui, dan sebagian karena fakta yang terlihat menjadi
peristiwa yang bervariasi dan peristiwa-peristiwa teramati atau berbagai hal di
dunia nyata, distingsi yang jelas terbentuk di antara fakta dan tingkatan nilai.
Hal ini menyatakan bahwa tidak ada jumlah fakta-fakta tentang dunia nyata yang mengharuskan
seseorang orang untuk bertindak di dalamnya. Perbedaan radikal antara fakta dan
nilai, di-ekspresikan dengan kuat dan sangat terkenal pada Treatise Hume of Human Nature, yang menyatakanpendapat bahwa Anda
tidak dapat memperoleh sesuatu yang 'harus' dari 'adalah'. Tidak terdapat sejumlah
pernyataan faktual yang memerlukan seseorang untuk bertindak sesuatu. Pernyataan
tugas atau benar atau kebaikan atau nilai, merupakan sesuatu yang terpisah dari
pernyataan mengenai sesuatu yang terjadi. Dan bagi sebagian besar filsuf, pemisahan
antara fakta dari nilai menyebabkan subjektivisme murni sejauh evaluasi setiap perhatian
atau, memang, terdapat reduksi evaluasi (secara estetika, moral, politik, dll) hanya
sebagai ekspresi emosi (Ayer, 1946). Realisme, tentu, tetapi hanya dalam hal-hal
yang dapat diinvestigasi secara empiris, bukan dalam dalam hal nilai.
Pemisahan
radikal tentang fakta nilai sulit untuk dipertahankan, terutama karena fakta
berhubungan dengan deskripsi yang kita berikan mengenai dunia, selain itu
deskripsi mengenai fakta dan nilai menyatu pada berbagai evaluasi. Sebagai contoh,
penelitian kesehatan. Hal yang menentukan orang yang sehat bukan merupakan
sesuatu secara langsung empiris. Hal ini juga tergantung pada penilaian yang
dimiliki oleh masing-masing pribadi. Seseorang akan tidak setuju atas indikator
tingkat kebugaran yang telah ditentukan, dan perbedaan tersebut akan
berhubungan dengan keyakinan yang lebih umum tentang kualitas hidup. Hal ini begitu
jelas karena seseorang biasanya juga terdapat kesehatan mental pikiran yang
berlaku juga untuk kesehatan fisik. Dan dalam tinjauan sistematis penelitian
pendidikan sering kali terdapat hal-hal semacam intimidasi. Perlu diingat bahwa
peneliti yang berbeda akan berangkat dari definisi intimidasi yang berbeda, karena
mereka mengevaluasi berbagai insiden dengan cara yang berbeda. Nilai-nilai
meresap dalam deskripsi kita tentang realitas.
Referensi:
Pring, Richard, (2005)
Philosophy of Educational Research, Second Edition. London: Continuum
Ayer,
A. J. (1946)
Language, Truth and Logic. London:
Penguin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar