Minggu, 01 Mei 2016

FILOSOFI RISET KEPENDIDIKAN (24): Konsep-Konsep Kunci dan Mengatasi Konflik dalam Penelitian Kependidikan

 Fakta-Fakta
Cara lain untuk berpikir mengenai “kebenaran” mungkin adalah berpikir mengenai apa yang disebut “fakta”, pemikiran mengenai konsep ini terlihat akan menjadi sama ilusifnya dengan “kebenaran”. Dan sekarang, pada level kesapakatan bersama secara pasti, kita berbicara fakta secara lebih menyenangkan. Ketika terdapat suatu yang mengganggu pikiran guru, maka sangat pantas maka pertanyaan mengenai fakta ini menjadi sesuai (hal ini ketika membandingkan secara lawan kata dengan pernyataan-pernyataan fiksi). Klaim secara umum mengenai kenampakan, klaim pernyataan umum
tentang kinerja sekolah, katakanlah, masih perlu diperiksa berdasarkan fakta-fakta.
Upaya mengaitkan “fakta” dengan peristiwa yang berlainan menjadi suatu kesulitan tersendiri, karena antara pernyataan dengan peristiwa sesungghnya merupakan sesuatu yang terpisah, namun pernyataan tersebut seharusnya mencerminkan dan menggambarkan peristiwa tersebut. Dengan demikian, katakanlah deskripsi lengkap mengenai suatu pantai, dapat diambil dari pemandangan yang ada di pantai tersebut –pernyataan tentang anekawarna jutaan kerikil yang membentuk pantai itu. Namun itu tidak bisa diterima. Terdapat bebagai perbedaan cara untuk mendiskripsikan pantai tersebut sehingga dapat benar secara faktual. Hanya saja sebagaimana bahasa mengenai kenyataan tidak dapat dipisahkan pada seperangkat pernyataan mendasar terbatas, sehingga realitas tidak terdiri dari seperangkat besar tetapi terbatas pada fakta dengan pernyataan dasar yang sesuai. Namun hal tersebut, seperti yang telah dijelaskan, hal ini bukan berarti bahwa tidak terdapat fitur dari realitas yang memungkinkan secara benar untuk mengatakan hal tersebut. 'Fakta' merujuk pada fitur-fitur realitas, dijelaskan dengan suatu cara tertentu, yang memungkinkan secara jujur untuk membuat pernyataan tertentu.
Oleh karena itu, fakta bukan merupakan berbagai hal di mana seseorang mengamati secara independen dengan cara tertentu untuk menggambarkan dunia. Namun lebih pada suatu cara yang berbeda untuk menggambarkan dunia akan menarik bagi fakta yang berbeda. Namun, fakta tersebut tetap, mencerminkan fitur dunia nyata yang dapat menjadi lingkup deskripsi secara tepat.
Dengan demikan nampak tidak ada alasan mengapa seseorag tidak mengatakan mengenai fakta sosial, hal tersebut disebabkan karena fitur-fitur dunia sosial yang merupakan pernyataan mengenai dunia apakah itu benar atau salah. Sebagaimana dijelaskan di atas, terdapat beberapa aspek dari dunia personal dan dunia sosial, di mana mereka bukan kreasi pribadi, walaupun mereka merupakan hasil dari interaksi sosial, dan mungkin juga ditransformasikan melalui ikatan-ikatan individu dan sosial.Aku mewarisi dunia sosial melalui hubungan telah terbentuk mapan dan diakui. Aku, bersama dengan orang lain, membuat penemuan dalam dunia sosial. Dan, setelah penemuan-penemuan tersebut, aku bisa mengubah dunia itu - mengubah fakta, jika Anda suka.
Fakta, tidak pandang bulu, mengesankan pada dirinya sendiri. Fakta bukan semacam sesuatu yang dapat dikumpulkan dan ditambahkan. Sebaliknya, fakta diidentifikasi dengan cara tertentu untuk menggambarkan dunia fisik dan sosial. Guru, memastikan penyebab masalah tersebut telah menggambarkan segala sesuatu yang harus dihitung sebagai fakta, yaitu, peristiwa-peristiwa (aspek-aspek dunia nyata, termasuk hubungan sosial) yang akan membantu menjelaskan peristiwa tertentu. Jika Anda suka, 'fakta' sudah merupakan 'terkandung teori'. 'Fakta', teori dan deskripsi realitas adalah konsep-konsep yang saling terhubung.
Sebagian karena hal ini belum diakui, dan sebagian karena fakta yang terlihat menjadi peristiwa yang bervariasi dan peristiwa-peristiwa teramati atau berbagai hal di dunia nyata, distingsi yang jelas terbentuk di antara fakta dan tingkatan nilai. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada jumlah fakta-fakta tentang dunia nyata yang mengharuskan seseorang orang untuk bertindak di dalamnya. Perbedaan radikal antara fakta dan nilai, di-ekspresikan dengan kuat dan sangat terkenal pada Treatise Hume of Human Nature, yang menyatakanpendapat bahwa Anda tidak dapat memperoleh sesuatu yang 'harus' dari 'adalah'. Tidak terdapat sejumlah pernyataan faktual yang memerlukan seseorang untuk bertindak sesuatu. Pernyataan tugas atau benar atau kebaikan atau nilai, merupakan sesuatu yang terpisah dari pernyataan mengenai sesuatu yang terjadi. Dan bagi sebagian besar filsuf, pemisahan antara fakta dari nilai menyebabkan subjektivisme murni sejauh evaluasi setiap perhatian atau, memang, terdapat reduksi evaluasi (secara estetika, moral, politik, dll) hanya sebagai ekspresi emosi (Ayer, 1946). Realisme, tentu, tetapi hanya dalam hal-hal yang dapat diinvestigasi secara empiris, bukan dalam dalam hal nilai.
Pemisahan radikal tentang fakta nilai sulit untuk dipertahankan, terutama karena fakta berhubungan dengan deskripsi yang kita berikan mengenai dunia, selain itu deskripsi mengenai fakta dan nilai menyatu pada berbagai evaluasi. Sebagai contoh, penelitian kesehatan. Hal yang menentukan orang yang sehat bukan merupakan sesuatu secara langsung empiris. Hal ini juga tergantung pada penilaian yang dimiliki oleh masing-masing pribadi. Seseorang akan tidak setuju atas indikator tingkat kebugaran yang telah ditentukan, dan perbedaan tersebut akan berhubungan dengan keyakinan yang lebih umum tentang kualitas hidup. Hal ini begitu jelas karena seseorang biasanya juga terdapat kesehatan mental pikiran yang berlaku juga untuk kesehatan fisik. Dan dalam tinjauan sistematis penelitian pendidikan sering kali terdapat hal-hal semacam intimidasi. Perlu diingat bahwa peneliti yang berbeda akan berangkat dari definisi intimidasi yang berbeda, karena mereka mengevaluasi berbagai insiden dengan cara yang berbeda. Nilai-nilai meresap dalam deskripsi kita tentang realitas.

Referensi:

Pring, Richard, (2005)
Philosophy of Educational Research, Second Edition. London: Continuum

Ayer, A. J. (1946)

Language, Truth and Logic. London: Penguin.

Tidak ada komentar: