Membaca salah satu artikel June Hee Kwon dari website “Cultural
Anthropology” (culant.org) tiba-tiba ada
rasa ingin berbagi cerita tentang jurnal antropologi budaya yang mengkaji
migrasi dengan metode etnografi. Judulnya begitu menarik “The Work of Waiting:
Love and Money in Korean China Transnational Migration”, atau kurang lebihnya
dapat diterjamahkan secara bebas “Penantian sebagai Pekerjaan: Cinta dan Uang
Migrasi antar Negara orang-orang Cina Korea.
Artikel tersebut diawali dengan ilustrasi lirik lagu berbahasa cina yang
berjudul “Semua orang Pergi” kurang lebih artinya sebagai berikut, “ Istri
pergi, paman pergi, semua orang pergi, ke korea, ke Jepang, ke Amerika, ke
rusia, untuk mendapatkan sesuatu yang lebih… semua orang terpisah dan menangis,
apa arti hidup? Kita semua telah patah. Mengapa kita tersakiti dengan saling
merindukan? Kita menunggu untuk kembali bersama lagi, suatu hari nanti.”
Lagu tersebut sangat popular di Yabian, yang merupakan bagian wilayah
dari Republik Rakyat Cina. Fiturnya lirik menangkap pergeseran demografi dan yang
muncul pada lanskap sosial ekonomi yang dibentuk oleh proses migrasi Cina ke Korea
dalam jumlah besar. Di Korea Selatan hal ini dimulai pada awal 1990-an, setelah
terjadinya reformasi ekonomi China. Trend dan semangat untuk migrasi ke Korea
disebut “Angin Korea”, baik di seluruh maupun
di luar Yanbian. Angin Korea telah mendorong urbanisasi yang cepat dan
pembangunan ekonomi yang dramatis di Yanbian dalam dua dekade terakhir. Hal ini
juga membawa mobilitas multidimensi -tidak hanya secara fisik tetapi secara eksistensial
(Hage 2009), seperti yang terlihat dalam mobilitas kelas Korea Cina ke atas dan
belum pernah terjadi sebelumnya diri reinvention dari petani untuk penduduk
kota untuk pekerja migran transnasional.
Di Yanbian, di mana "semua orang pergi" ke Korea, di sisi lain
juga banyak orang yang menunggu mereka
yang berada di luar negeri. Single parent atau pasangan yang menunggu disebut “botoli”,
istilah Yanbian yang berkonotasi pada seseorang yang menunggu dan menderita
kesepian jangka panjang karena kondisi transnasional (terpisah berbeda Negara),
dan rentang jarak karena tren migrasi kontemporer. Peningkatan jumlah “botoli”,
dimaknai oleh warga Yanbian sebagai suatu pribadi yang kesepian dan menjadi
laten menjadi sumber penyakit sosial, meningkatkan tingkat perceraian dan
kenakalan remaja.
Penelitian etnografis ini dilakukan oleh June Hee Kwon yang mengumpulkan data dan informasi dari kelompok hiking,
di mana anggota-anggotanya banyak yang merupakan “botoli”. Observasi tersebut
dilakukan oleh Peneliti yang bergabung dengan hiking club tersebut, sehingga
dalam kegiatan hiking tersebut banyak mendapatkan cerita langsung dari para
botoli tentang kecemasan dan keprihatinan sebagai botoli.
Mungkin bersambung…
- Hage, G
(2009) Waiting. Carlton South, Vic. : Melbourne
University Press (ISBN
978-0-522-85693-4)
- https://culanth.org/articles/785-the-work-of-waiting-love-and-money-in-korean#cuanKwon_bib022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar