Sabtu, 20 Februari 2016

Filosofi Riset Kependidikan (17): Variasi Penelitian Kependidikan (Penelitian Sejarah)



Penelitian Historis/Sejarah
Penelitian Sejarah atau Historis merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian kependidikan, sebagaimana pemikiran McCulloch dan Richardson (2000), yang dituangkan dalam bukunya Historical Research in Educational Settings (Penelitian Sejarah dalam Bidang Kependidikan ),menekankan perhatian pada kelangkaan literatur tentang penerapan penelitian sejarah untuk bidang pendidikan - terutama, bagi yang suka pada aktivitas refleksi/ bercermin dari sejarah dalam pendidikan- meskipun ada begitu banyak ditulis tentang sejarah pendidikan. Hal paling penting, penelitian sejarah bermaksud untuk mengeksplorasi arti berpikir secara historis - tidak hanya keterampilan khusus (katakanlah, dalam mencari dan menafsirkan bukti dokumenter), selain itu mampu bersaing dalam tradisi filosofis ' bekerja paradigma sejarah' atau 'berpikir historis'. Misalnya, ketika terdapat masalah yang tak terelakkan untuk memahami teks dalam sistem kepercayaan (agama) pada suatu periode waktu tertentu- upaya untuk masuk pada suatu level “imajinatif” ke dalam pola pikir seseorang ataupun lembaga di era dan situasi yang sangat berbeda (era skolastik, atau kependidikan di pondok pesantren, ataupun seminari). Gagasan 'imajinasi sejarah', atau yang oleh filsuf sejarah, R. G. Collingwood, disebut sebagai 're-enactment' (“memperagakan”, rekonstruksi), tampaknya akan menjadi penting – dengan catatan, selalu terbuka untuk revisi saat diuji saat ditemukan fakta ataupun bukti yang baru. Namun demikian yang dimaksud oleh Pring adalah adalah sentralitas (fokus pada) pemahaman sejarah untuk munculnya  apresiasi yang valid dari mulai saat ini, serta kesadaran bahwa bagaimana kita melihat diri kita sendiri (reflektif), orang lain, dan dunia di sekitar kita sendiri yang (sebagian) merupakan “produk sejarah”, dengan demikian dapat sepenuhnya dipahami hanya dalam narasi sejarah. Ini merupakan cara konseptualisasi pengalaman kita tidak (tidak akan pernah) tetap (selalu berubah) untuk selama-lamanya. Seperti inilah sejarah, yang berakar pada kondisi sosial, ekonomi, dan politik tertentu, sampai batas tertentu telah dan terus berkembang melalui refleksi kritis dan berbagai macam proses diskusi.
Ide Collingwood tentang sejarah (lihat Collingwood 1946, tetapi juga Hughes-Warrington (1996 dan 1997) merupakan hal yang baik dari sejarah /pemahaman filosofis Collingwood pendidikan), tidak akan diterima secara universal oleh filsuf sejarah. Penelitian sejarah akan terjebak dalam sengketa ideologis yang menyerap ilmu-ilmu sosial secara umum - Marxis, Positivis, modernis, dan postmodernis-, mengingat masih ada pendekatan penelitian lain, yang harus kita ingat, berkaitan dengan:  kajian masyarakat dan kelompok-kelompok lainnya (dari sudut pandang masyarakat atau kelompok itu sendiri); Penelitian dokumenter; perbandingan lintas budaya (Cross Cultural Comparation); penelitian tindakan (Action Research). Richard  Pring masih akan mengulas banyak hal mengenai pertarungan antara dua kubu, Kualitatif versus Kuantitatif, yang konon kabarnya merupakan suatu dualitas yang keliru.
Referensi :

McCulloch, G. and Richardson, W. (2000)
Historical Research in Educational Settings. London: Continuum.

Hughes-Warrington, M. (1996)
'How good an historian should I be? R. G.Collingwood on education7. Oxford Review of Education, Vol. 22.

Hughes-Warrington, M. (1997)
            'Collingwood and the Early Paul Hirst on the forms of experience, knowledge and education7. British Journal of Educational Studies, Vol. 45 (2).

Pring, Richard. (2005)
Philosophy of Educational Research, Second Edition. London: Continuum

Tidak ada komentar: