Penelitian
Historis/Sejarah
Penelitian Sejarah atau Historis merupakan salah
satu pendekatan dalam penelitian kependidikan, sebagaimana pemikiran McCulloch dan Richardson (2000), yang
dituangkan dalam bukunya Historical
Research in Educational Settings (Penelitian Sejarah dalam Bidang Kependidikan
),menekankan perhatian
pada kelangkaan literatur tentang penerapan penelitian sejarah untuk bidang
pendidikan - terutama, bagi yang suka pada aktivitas refleksi/ bercermin dari
sejarah dalam pendidikan- meskipun ada begitu banyak ditulis tentang sejarah
pendidikan. Hal paling penting, penelitian sejarah bermaksud untuk
mengeksplorasi arti berpikir secara historis - tidak hanya keterampilan khusus (katakanlah,
dalam mencari dan menafsirkan bukti dokumenter), selain itu mampu bersaing
dalam tradisi filosofis ' bekerja paradigma sejarah' atau 'berpikir historis'.
Misalnya, ketika terdapat masalah yang tak terelakkan untuk memahami teks dalam
sistem kepercayaan (agama) pada suatu periode waktu tertentu- upaya untuk masuk
pada suatu level “imajinatif” ke dalam pola pikir seseorang ataupun lembaga di
era dan situasi yang sangat berbeda (era skolastik, atau kependidikan di pondok
pesantren, ataupun seminari). Gagasan 'imajinasi sejarah', atau yang oleh filsuf
sejarah, R. G. Collingwood, disebut sebagai 're-enactment' (“memperagakan”,
rekonstruksi), tampaknya akan menjadi penting – dengan catatan, selalu terbuka
untuk revisi saat diuji saat ditemukan fakta ataupun bukti yang baru. Namun
demikian yang dimaksud oleh Pring adalah adalah sentralitas (fokus pada)
pemahaman sejarah untuk munculnya apresiasi yang valid dari mulai saat ini,
serta kesadaran bahwa bagaimana kita melihat diri kita sendiri (reflektif),
orang lain, dan dunia di sekitar kita sendiri yang (sebagian) merupakan “produk
sejarah”, dengan demikian dapat sepenuhnya dipahami hanya dalam narasi sejarah.
Ini merupakan cara konseptualisasi pengalaman kita tidak (tidak akan pernah)
tetap (selalu berubah) untuk selama-lamanya. Seperti inilah sejarah, yang berakar
pada kondisi sosial, ekonomi, dan politik tertentu, sampai batas tertentu telah
dan terus berkembang melalui refleksi kritis dan berbagai macam proses diskusi.
Ide Collingwood tentang sejarah
(lihat Collingwood 1946, tetapi juga Hughes-Warrington (1996 dan 1997) merupakan
hal yang baik dari sejarah /pemahaman filosofis Collingwood pendidikan), tidak
akan diterima secara universal oleh filsuf sejarah. Penelitian sejarah akan
terjebak dalam sengketa ideologis yang menyerap ilmu-ilmu sosial secara umum -
Marxis, Positivis, modernis, dan postmodernis-, mengingat masih ada pendekatan
penelitian lain, yang harus kita ingat, berkaitan dengan: kajian masyarakat dan kelompok-kelompok
lainnya (dari sudut pandang masyarakat atau kelompok itu sendiri); Penelitian dokumenter;
perbandingan lintas budaya (Cross
Cultural Comparation); penelitian tindakan (Action Research). Richard
Pring masih akan mengulas banyak hal mengenai pertarungan antara dua
kubu, Kualitatif versus Kuantitatif, yang konon kabarnya merupakan suatu
dualitas yang keliru.
Referensi :
McCulloch, G. and
Richardson, W. (2000)
Historical Research in Educational Settings.
London: Continuum.
Hughes-Warrington, M.
(1996)
'How good an historian should I be? R. G.Collingwood
on education7. Oxford Review of Education, Vol.
22.
Hughes-Warrington, M.
(1997)
'Collingwood
and the Early Paul Hirst on the forms of experience, knowledge and education7. British
Journal of Educational Studies, Vol. 45 (2).
Pring,
Richard. (2005)
Philosophy
of Educational Research, Second Edition. London: Continuum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar