Artikel
ini akan melanjutkan bahasan sebelumnya mengenai variasi penelitian
kependidikan. Kali ini akan diulas mengenai pengertian dan dasar dari salah
satu pendekatan penelitian eksperimen ini dipilih. Dan kita akan dapat
memahami, kapan pendekatan eksperimen ini dapat atau sesuai untuk digunakan.
Berikut ini pemikiran dan pendapat Richard Pring mengenai eksperimen.
Eksperimen/
Percobaan
Eksperimen merupakan salah satu paradigma ilmiah
dalam penelitian kependidikan yang meniru atau megadopsi dari bidang ilmu
medis. Desain eksperimental merancang suatu percobaan dengan menggunakan
dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol dan kelompok kedua
merupakan kelompok eksperimental. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
pendekatan eksperimental lebih sistematis dibandingkan pendekatan observasi.
Karena dalam pendekatan ini, seorang peneliti benar-benar
mengatur/menyesuaikan/merekayasa suatu kondisi dengan sangat hati-hati pada
setiap elemennya, dan mengamatinya secara sangat cermat, terkendali/terkontrol,
sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Kelompok kontrol dan eksperimen harus
diseleksi dengan sangat hati-hati, sehingga hasilnya nanti layak untuk
disimpulkan untuk menggambarkan atau mewakili populasi yang lebih besar. Supaya
yang terjadi sebagaimana yang diinginkan, dua kelompok yang diambil secara
random, kemudian dibandingkan, dan dilihat peforma dari dua kelompok tersebut.
Terutama peforma hasil intervensi pada kelopok eksperimen. Riset atau
penelitian tersebut didasarkan pada kelompok kontrol sebagai pembanding, dan tentu
saja ini adalah hal yang secara ilmiah sudah mapan pada ilmu medis. Kemudian,
jika seorang peneliti ingin mengetahui dampak obat-obatan tertentu, maka ia
akan menentukan secara acak dua kelompok pasien, kemudian menjaga supaya semua
variabel menjadi konstan/tetap, lalu mengamati secara cermat pengaruh pada
salah satu kelompok yang menggunakan obat tersebut. Kelompok-kelompok harus dalam
jumlah yang besar untuk memperkecil signifikansi 'faktor pengganggu' atau
pengecualian khusus untuk kasus umum.
Terdapat
banyak contoh penelitian semacam ini di bidang pendidikan, dan seorang peneliti
dapat merasakan godaan untuk memperluas pendekatan seperti ini untuk lebih luas
lagi. Sebagai contoh penelitian Sylva and Hurry's (1995) pada intervensi untuk masalah
penelitian“kesulitan membaca”dengan cara membandingkan antara kelompok
eksperimen/intervensi dengan kelompok kontrol. Hal ini mungkin dapat
disimpulkan, bahwa jika satu kelompok secara signifnifikan memiliki lebih
tinggi dalam nilai membaca setelah periode intervensi, maka intervensi
merupakan faktor yang signifikan. Dengan demikian intervensi tersebut merupakan
faktor yang signifikan, dimungkinkan intervensi menjadi “sebab” dari perbedaan
tersebut.
Konsep
'sebab' merupakan salah satu hal penting yang harus dicermati. Namun, dalam
bahasan ini tampak sekarang akan bergeser pada paradigma sangat ilmiah yang
telah dan akan selalu dipertanyakan. Mengingat intervensi atau perlakuan yang
telah dijelaskan di atas merupakan perlakuan untuk membedakan kelompok, dengan
demikian muncul pertanyaan, apakah tidak berbahaya mengabaikan perbedaan
individual, yang tercermin pada kesadaran khas mereka sendiri, dalam rangka
untuk mengobati setiap beberapa ribu anak sebagai unit identik dengan
ditambahkan bersama-sama, dikurangi dan dibandingkan? Bagaimana bisa pendekatan
ini digunakan untuk penelitian dipaksa untuk sesuai dengan keunikan yang jelas pada
masing-masing individu? Walaupun di sisi lain, keunikan setiap individu dalam
hal tertentu tidak berarti keunikan dalam segala hal. Nampaknya terdapat
aspek-aspek tertentu dari menjadi manusia yang paling dimungkinkan untuk
membuat generalisasi tentatif mengenai bagaimana individu akan bersikap atau
bereaksi - sementara pada saat yang sama mengakui bahwa pasti akan ada
pengecualian. Apakah pengakuan dari cara khas kesadaran pribadi tidak
memungkinkan disamakan dan di-generalisasir (bagaimanapun tentatif) tentang
motif manusia, aspirasi, menilai, cara belajar, dll?
Teka-teki
dalam berbagai pertanyaan penelitian
seakan menuntut pemisahan dan pembedaan tegas
antara pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif - dan perbedaan yang
jelas sering dibuat berdasarkan tujuan, objektif, dunia yang teramati dan
terukur ilmu pengetahuan, di satu sisi, dan di sisi lain, subjektif dan dunia tak
terukur dari kesadaran individu. Pring (2005) mengatakan perbedaan ini terlalu dibesar-besarkan
untuk keunikan masing-masing orang. Mungkin kita membuat terlalu tajam memisahkan
antara kesadaran 'pribadi' dan 'subjektif' dan 'publik' dan dunia 'obyektif',
baik fisik dan sosial. Mengingat sifat manusia itu dan mengingat kondisi fisik
yang diperlukan untuk aktivitas mental, maka mungkin generalisasi dapat
dilakukan, diverifikasi oleh pengamatan, secara ketat. Saling keterkaitanm
antara publik dan privat, objektif dan subjektif, fisik dan mental, pribadi dan
sosial, terlalu sering diabaikan oleh para peneliti yang mendukung 'paradigma
penelitian ' menggenggam kuat atau berpihak pada salah satu sisi yang berberda
dan saling tertutup antara satu dengan yang lainnya.
Referensi:
Sylva, K. and Hurry, J.
(1995) The Effectiveness of Reading Recovery andPhonological Training
for Children with eading Problems. London: Thomas Coram Research Unit.
Pring,
Richard. (2005)
Philosophy
of Educational Research, Second Edition. London: Continuum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar