SEJARAH
Sejarah kadangkala
terlalu mudah untuk dimengerti, ketika kita melihat berbagai hal yang berkaitan
dengan masa lalu, melihat beberapa generasi: Depresi dan perang dunia ke dua
telah membentuk generasi masa awal 1920an. Perang Vietnam dan gerakan-gerakan hak
sipil tercampur aduk dengan berbagai permasalahan generasi “baby boom”.
Serangan 11 September juga menjadi patokan peristiwa bagi kehidupan saat ini.
Namun, peristiwa-peristiwa tersebut secara mendalam turut membentuk budaya dari
berbagai organisasi.
Budaya sekolah yang
telah dibangun selama itu merupakan hasil kerja, permainan, ataupun
perjuangan bersama, serta dilalui dengan tangis dan tawa bersama. Nilai-nilai
yang paling mendalam dan hubungan terwujud sebagai sesama anggota staf dalam
menghadapi krisis, beragam tragedi, membuat kesalahan, tercapainya kesuksesan
bersama, dan dihargainya prestasi- penyelesaian masalah dan penyelesaian
konflik. Akhir masa kerja kepemimpinan dalam tim, kematian seorang siswa atau
penyakit ataupun kecelakaan anggota staf, pelaksanaan kurikulum matematika
–kolaborasi ilmu, atau menjalani proses pemilihan untuk meraih status Sekolah
Negeri Terbaik (National School of Excellence)-, semua peristiwa ini dapat
menentukan tak terhapuskan norma dan nilai-nilai inti yang ada pada suatu
sekolah.
Masa lalu adalah
benar-benar tidak pernah jauh. Orang ingat (dan diingatkan dalam
cerita-cerita), masa lalu dan perasaan itu diproduksi. Penulis lagu, Jim
Steinman menggunakan metafora cermin spion mobil untuk mengenali kedekatan yang
penuh arti dan berkaitan dengan peristiwa- peristiwa masa lalu. Dia menuliskan
dalam salah satu lagunya, "Objek di cermin lebih dekat daripada mereka
muncul."
Sangat penting bagi
para pemimpin untuk mengetahui dan memahami sejarah sekolah. Sebagaimana dokter
dan psikoterapis perlu memahami sejarah pasien (catatan medis), pemimpin perlu
memiliki pengetahuan peristiwa yang telah membentuk jiwa sekolah.
Mengapa hal ini
begitu penting? fitur inti dari budaya yang dibentuk dari waktu ke waktu
melalui krisis, peristiwa emosional, dan prestasi yang memiliki arti mendalam.
Seiring waktu, nilai-nilai dan folkways yang mengkristal dan disangga tetap
lestari melalui penggunaan dan penguatan. Keyakinan tentang apa yang berhasil
dan apa yang tidak dihasilkan oleh berbagai pengalaman dan kemudian mengeras
oleh waktu. Suatu kisah membawa kode genetik, yang meberikan informasi untuk
anggota staf baru tentang "bagaimana kita melakukan hal-hal di sekitar
sini," memperkuat bentuk-bentuk tertentu dari perilaku, dan mengkristal
keyakinan tentang kerja sama, kerja keras, dan menjalani perubahan.
Seiring
berlalunya waktu, peristiwa masa lalu memainkan peran mitologis, yang merupakan
legenda kemudian diwujudkan menjadi kenyataan. Kadang-kadang masa lalu
dipandang sebagai sesuatu yang positif, penuh harapan dan kekuatan; di lain
waktu, masa lalu dipandang sebagai sesuatu yang negatif, memunculkan rasa
pesimis, dan melemahkan semangat. Setiap sekolah memiliki keberhasilan dan
salah langkah ataupun kegagalan. Dan hal ini selalu berhubungan dengan masa
lalu yang turut membentuk saat ini dan masa depan.
Asesmen Kebudayaan
Pola tradisi dan
budaya berkembang dari waktu ke waktu. Kekuatan apa yang mendorong budaya
menjadi dinamis pada suatu tujuan? Pemimpin formal dan informal
mengartikulasikan arah dan tujuan melalui kata-kata dan perbuatan. Krisis dan
kontroversi menempa nilai-nilai dan norma-norma baru dalam wadah yang
berlangsung dengan penuh ketegangan dan perselisihan. Seseorang, melalui
kegiatan sehari-hari, menjalankan aturan tak tertulis yang mengatur baik itu
hubungan baik ataupun konflik. Perubahan terencana meninggalkan jejak warisan
dan kenangan. Siklus kelahiran, kematian, dan pembaharuan menyisakan sedimen
yang kaya rahasia dan kenangan tertentu.
Bagaimana Sekolah berhubungan dengan Sejarah
Sekolah sebagaimana individu, sekolah memiliki respon yang bervariasi terhadap masa lalu. Beberapa di antaranya memperingatia ataupun merayakan sejarah
dalam suatu festival publik. Lain halnya dengan yang memiliki sejarah
negatif, dan anggota staf terus menyimpan kemarahan tentang peristiwa masa
lalu. Luka masa lalu dibiarkan bernanah, hadir menginfeksi memuat nada negatif dan pesimis. Hal ini memunculkan ketakutan traumatis yang meluas sebagai masalah-masalah masa lalu yang berulang dengan
cara yang menyakitkan.
Sekolah lain
menderita amnesia sejarah. Mereka menolak untuk mengakui dan menghormati masa lalu, serta lebih percaya bahwa hanya sekarang dan masa depan yang penting. Mereka
berada dalam penyangkalan realitas masa lalu dari organisasi.
ASESMEN SEJARAH
SEKOLAH
Langkah pertama adalah memperoleh wacana awal dan
asal mula Sekolah. Seorang pemimpin
sekolah dapat mendapatkan wacana awal sekolah dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kunci, seperti berikut ini,
tentang pendiriannya, tradisi, dan peristiwa penting masa sekolah. Berapa lama
sekolah ada?
Mengapa sekolah ini didirikan, dan siapa saja orang-orang yang pertama berada di sekolah tersebut?
Apa desain sekolah dan arsitektur seharusnya untuk menyampaikan? Mereka sudah dapat dipastikan memiliki pengaruh besar pada tujuan dan cita-cita sekolah? Dan apakah orang-orang tersebut, merupakan peletak dasar inti dari nilai-nilai yang ada? Peristiwa apa yang terjadi pada saat krisis tersebut? Apa saja prinsip-prinsip sebelumnya dan bagaimana keadaan, serta karakteristik guru, dan siswanya? –Bandingkan di antara beberapa periode per dekade, ataupun periode masa kepemimpinan, atau status lembaga pendidikan tersebut-
Mengapa sekolah ini didirikan, dan siapa saja orang-orang yang pertama berada di sekolah tersebut?
Apa desain sekolah dan arsitektur seharusnya untuk menyampaikan? Mereka sudah dapat dipastikan memiliki pengaruh besar pada tujuan dan cita-cita sekolah? Dan apakah orang-orang tersebut, merupakan peletak dasar inti dari nilai-nilai yang ada? Peristiwa apa yang terjadi pada saat krisis tersebut? Apa saja prinsip-prinsip sebelumnya dan bagaimana keadaan, serta karakteristik guru, dan siswanya? –Bandingkan di antara beberapa periode per dekade, ataupun periode masa kepemimpinan, atau status lembaga pendidikan tersebut-
Investigasi Unsur Lain dari Sejarah Sekolah
Elemen tambahan dari sejarah penting untuk diungkapkan sebagai salah satu langkah proses memahami budaya. Pertanyaan tentang topik-topik berikut ini
menawarkan panduan lebih lanjut untuk pemeriksaan
sejarah sekolah.
Kepemimpinan. Pemimpin formal dan informal dapat membantu memberikan arah melalui nilai rasa dari tujuan dan misi. Siapa pemimpin formal dan
informal sekolah? Apa yang mereka perjuangkan? Pendekatan, struktur, atau ide-ide baru apa yang mereka bawa ke
sekolah? Jika sekolah relatif baru, siapa
yang merupakan pendiri, kepala sekolah, dan guru pemimpin?
Krisis dan kontroversi. Krisis, kontroversi, atau konflik menempa norma-norma dan
nilai-nilai budaya yang menguatkan asumsi dalam wadah perselisiha. Apa hal yang paling
menonjol pada krisis, kontroversi, atau konflik yang dihadapi oleh para staf dari waktu ke waktu? Apa sumber kekacauan? Bagaimana
anggota staf menyelesaikan konflik? Apakah mereka mempertahankan kemarahan
selama bertahun-tahun atau mengatasi perbedaan secara langsung dan jujur? Apakah ada beberapa staf yang meninggalkan/keluar sekolah karena
perbedaan pendapat? Apakah tercapai beberapa akomodasi atau kompromi untuk memperbaiki dan membangun kembali rasa
kebersamaan? Adakah isu-isu masih bagian dari set berkelanjutan keprihatinan dan kenangan
negatif?
Individu, kepribadian, dan hubungan. Kepribadian
individu-individu yang terdapat pada suatu jaman dalam sejarah sekolah telah menetapkan cara-cara berinteraksi. Mereka
membentuk aturan tak tertulis bagi hubungan dan interaksi. Siapakah orang-orang yang membuat sekolah hal itu? Seperti apa mereka? Bagaimana mereka
memperlakukan orang lain di dalam gedung? Apa jenis hubungan berkembang dari
waktu ke waktu, dan menjadi cara untuk memulihkan
individu, staf, siswa, dan orang tua?
Kelahiran, kematian, dan
pembaharuan. Semua sekolah menghadapi gelombang
kelahiran, kematian, dan pembaruan di
antara individu, nilai-nilai, dan program. Bagaimana ambang batas kritis yang dilalui tersebut dapat mempengaruhi transisi masa depan? Bagaimana program baru
atau filsafat instruksional dimulai, dilaksanakan, dan dievaluasi, serta berakhir? Bagaimana
kesedihan karena rasa kehilangan anggota staf (melalui mutasi, kematian, atau pensiun) ditangani? Apa yang terjadi pada insiden
pembaharuan ketika sekolah menjadi menarik dan sukses dengan program, individu, atau rencana baru?
Perubahan, modifikasi, dan penyesuaian. Perubahan tidak pernah mudah. Setelah kenangan positif dan negatif tetap hidup, kadang-kadang selama beberapa dekade. Sekolah mengatasi dan mengelola sekolah dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan perubahan program, atau orang, modifikasi tujuan, atau filsafat pendidikan, dan penyesuaian jadwal dan metodologi sering diingat dan dapat muncul setiap kali dikenalkannya perubahan baru. Apa saja yang perubahan yang dilakukan dengan cara kembali membangkitkan kenangan yang kuat bagi staf, mahasiswa, dan masyarakat? Apa saja yang telah terjadi perubahan dalam kurikulum, pengajaran, atau penggunaan waktu dan bahan ajar? Bagaimana teknologi baru diperkenalkan dan digunakan? Bagaimana perubahan dalam siswa yang baik di sekolah telah disambut? Bagaimana pergeseran tujuan, hasil, atau standar telah dianut oleh staf, mahasiswa, dan masyarakat?
Bagaimana sekolah menghadapi Sejarah Mereka. Seperti orang-orang, sekolah memiliki respon bervariasi insiden kritis yang membuat sejarah bersama. Seringkali, reaksi staf pada reaksi paralel masa lalu mati dan sekarat (Kubler-Ross, 1969). Beberapa anggota staf merasa marah pada masa terjadinya peristiwa terjadi di masa lalu. Di sisi lain terjadi penyangkalan, penolakan untuk mengakui apapun yang terjadi. Beberapa pengalaman ketakutan; mereka khawatir bahwa masalah masa lalu mungkin terjadi dan terwujud lagi. Mungkin ada di antara mereka terjebak dalam tahap awal proses berkabung?
Bagaimana sekolah belajar untuk masa depan. Beberapa pendidik menggunakan sejarah sebagai pembelajaran untuk masa depan. Mereka yang telah terlibat dengan sejarah secara langsung, sering merasa menerima internalisasi, penguatan, dan kemampuan pengendalian diri. Mereka mengerti benar bahwa mereka telah belajar dari pengalaman dan dapat mengatasi banyak hal dalam kehidupan yang mereka alami. Mereka telah mengubah pengalaman negatif menjadi pribadi yang teguh. Sekolah yang baik berhasil memelihara warisan yang masih dimiliki dan digunakan hingga saat ini. Dengan demikian mereka menegaskan kembali (1972), pengamatan Clark, salah satu hal yang menjadi keberhasilan karena alasan keunikan perguruan tinggi. Lembaga ini mengandalkan saga atau narasi sejarah untuk menyatukan fakultas, mahasiswa, administrator, staf, dan alumni menjadi lembaga tercinta. Itu juga mungkin di sekolah dasar, dan menengah. Apakah sekolah Anda memiliki mitos khusus atau kisah-kisah sejarahnya?
Menyusun Sejarah Visual
Salah satu aspek yang paling penting dari sebuah sekolah adalah
sejarah. Seringkali staf baru belum
mengetahui orang, kejadian, dan isu-isu penting yang telah membentuk sekolah dari waktu ke
waktu. Sebuah teknik yang berguna adalah dengan memiliki staf yang berbakat dalam pengembangan kajian sejarah
mereka bersama, dan kemudian menampilkannya pada kertas secara grafis.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah
melibatkan seluruh staf dalam menciptakan tampilan visual sejarah. Untuk memulai,
membagi staf menjadi kelompok-kelompok kecil berdasarkan masa kerja puluhan tahun di sekolah (mereka bukan pertama kali
menjadi pendidik jika itu di sekolah lain). Di banyak sekolah, yang sebagian besar mulai bekerja di tahun
1990-an, sehingga membagi kelompok ini ke awal 1990-an (1990-1995) dan setelah
1995 (1996-sekarang). Berikan masing-masing kelompok beberapa kertas grafik dan
spidol, dan mereka bertukar pikiran apa yang terjadi pada tahun-tahun. Poin deskripsi mereka
bisa menyertakan:
• peristiwa besar di sekolah dan kota di mana sekolah tersebut berada
• pemimpin kunci formal dan informal
• Ide-ide tentang kurikulum, pengajaran, dan penilaian
• Karakteristik siswa dan masyarakat
• Kunci keberhasilan, tantangan, atau krisis
• Perubahan Arsitektur atau sosial di sekolah
• Ritual Baru, tradisi, atau upacara
• Kualitas hubungan sosial di sekolah
• Individu, kepribadian, dan interaksi sosial
• Peristiwa khusus yang traumatis
dan kekhawatiran staf atau mahasiswa
• Gaya pakaian, gaya rambut, dan musik
Letakkan grafik sejarah
selesai secara kronologis, dan kemudian juru bicara dari kelompok menceritakan kisah setiap dekade.
Mintalah mereka menambahkan detail untuk membuat dekade menjadi hidup. Lakukan melalui semua
dekade, dan berpikir tentang sejarah sekolah. Cari petunjuk tentang nilai-nilai yang telah melampaui waktu dan
membantu menentukan budaya seperti saat ini. Di beberapa sekolah, hal seperti ini adalah
pengalaman katarsis. Di sekolah lainnya, hal ini memberikan
pemahaman bagi staf baru dan pemahaman yang lebih
dalam bagi anggota
staf senior.
Mempertahankan
Sejarah. Terlestarikannya sejarah membuatnya pengetahuan masa lalu mengenai sekolah tersedia untuk anggota staf baru. Di Sekolah lain, hal ini ditangkap sebagai kisah dan diedit menjadi video sejarah
sekolah untuk digunakan di musim gugur dan acara lainnya.
Setiap lembaga penting memiliki sejarah -yang berupa
rangkaian peristiwa, individu, nilai-nilai, dan krisis yang membentuk semua aspek kultural dalam lembaga
tersebut. Para pemimpin sekolah harus memastikan bahwa mereka memiliki catatan
tentang apa yang terjadi untuk memberikan rasa yang mengakar pada sekolah tersebut.
Menceritakan
Dongeng
Cerita merupakan cara ampuh untuk mengkomunikasikan informasi penting tentang
sekolah. Terlalu banyak para profesional terlalu yakin
bahwa deskripsi
kuantitatif, deskripsi konkret dari sekolah –penyajian data tentang, jumlah
guru, ukuran sekolah, tingkatan kelas -adalah cara terbaik untuk menggambarkan suatu lembaga. Data konkret memang sangat berguna
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan, namun cerita kaya metafora dan makna merupakan cara yang memungkinkan cara yang lebih berkesan untuk menggambarkan
sekolah kepada khalayak.
Cerita/kisah/dongeng merupakan elemen kunci budaya, dan dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Mereka dapat membantu
staf baru untuk memahami budaya, memberikan canda tawa atau air mata haru
digunakan untuk
melewati situasi-situasi yang sulit, serta memperkuat inti nilai-nilai dan tujuan. Cerita yang jelas, dan bermakna menjadi begitu kuat karena
sebagian orang
dapat dengan mudah di ingat.
Setiap sekolah memiliki staf yang mampu untuk bercerita, dan beberapa di antaranya telah dikenal sebagai pendongeng
yang merupakan bagian dari jaringan budaya mereka. Di sekolah tersebut menyediakan waktu untuk
pendongeng dapat memperkuat sejarah dan misi dukungan. Hank Cotton, seorang
pelaku dari salah satu sekolah tinggi
di Cherry Creek, Colorado. Ia adalah
seorang pendongeng hebat yang dikomunikasikan nilai-nilai dalam cerita. Setiap
cerita memiliki contoh tema-untuk:
·
Pentingnya inovasi.
·
Pentingnya kerja keras terus menerus untuk mencapai keberhasilan.
·
Cara-cara yang siswa atau guru
yang tenang dapat mencapai sukses melalui perjuangan terus-menerus.
·
Cara-cara guru bekerja sama
untuk meningkatkan kelas dan menikmati perusahaan satu sama lain.
·
Pentingnya merekrut dan memilih
hanya guru terbaik yang tersedia.
·
Pentingnya variasi, kegiatan ekstra kurikuler yang berkualitas untuk memberikan pilihan yang memenuhi kebutuhan semua siswa.
·
Kemampuan guru untuk membuat
perbedaan atau mengklasifikasikan dalam kehidupan siswa yang
akan berguna bagi para pemimpin untuk mengetahui cerita
budaya dan menjadi pendongeng itu sendiri.
AKTIVITAS
PADA PENGGUNAAN KISAH/DONGENG
Mengembangkan Sekolah Lebih Baik Cerita
Mengembangkan Sekolah Lebih Baik Cerita
Kita semua bisa menjadi pendongeng yang lebih baik. Berikut ini adalah beberapa saran
untuk meningkatkan kemampuan bercerita di sekolah Anda. Pelajari cara untuk menceritakan kisah yang baik, dan
identifikasi narasi penting yang ingin Anda sampaikan, atau memperbaiki
sepotong pengetahuan yang sudah
pernah diceritakan. Beberapa fitur dari cerita yang
baik dapat membantu meningkatkan pengetahuan di sekolah apapun. Berikut adalah beberapa petunjuk
(diadaptasi dari Deal dan Key, 1998; Kouzes dan Posner, 1999):
1.
Pilihlah cerita yang mengkomunikasikan nilai-nilai atau
tujuan dasar.
2.
Gambarkan dengan gambar dan kata-kata yang
variatif, dalam
bahasa deskriptif.
3.
Jadilah tulus, dan mengatakan
itu dari hati. Artikan apa Anda katakan.
4.
Jelaskan pelaku, tindakan, dan situasi.
5.
Mengkomunikasikan
tentang nilai-nilai melalui cerita bukan khotbah atau
ceramah.
6.
Jadilah sederhana, singkat, dan
jelas.
7.
Jelaskan bagaimana cara kerja dan makna sekolah dan peran Anda.
8.
Praktek cerita, dan mengetahui elemen-elemen yang paling
penting.
9. Kenali audiens Anda dan
bagaimana mereka akan menafsirkan pesan cerita.
Kemudian, tuliskan cerita-cerita tersebut dalam kertas berikut.
___________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Cerita Kita
Asesmen Tujuan dari Cerita
Cerita melakukan banyak hal untuk budaya lembaga. Hal mengajarkan apa yang
harus dilakukan, memobilisasi orang untuk bertindak, dan memotivasi hati dan
pikiran staf dan mahasiswa (Kouzes dan Posner, 1999). Cerita negatif dapat
memiliki dampak buruk. Hal itu mengajarkan hal yang salah untuk dilakukan, menyebabkan kecemasan lembaga, menekan aksi, dan
menurunkan motivasi dan kehendak. Sekali Anda telah mengidentifikasi cerita utama, mencoba untuk
menentukan dampak dari cerita tersebut
staf, mahasiswa, dan masyarakat.
Cerita 1:
Pesan inti:
Dampak terhadap staf, mahasiswa, dan
masyarakat:
Cerita 2:
Pesan inti:
Dampak terhadap staf, mahasiswa, dan
masyarakat:
Story 3:
Pesan inti:
Dampak terhadap staf, mahasiswa, dan masyarakat:
Memperluas Peluang
Mendongeng di Sekolah
Berikut adalah beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan bercerita di
sekolah. Memilih yang ingin digunakan.
·
Mengadakan kontes bercerita.
·
Pada awal tahun, berbicara
tentang sejarah sekolah melalui cerita.
·
rekaman dan rekaman video
cerita kunci tentang sekolah, dan membuat ini tersedia di perpustakaan sekolah.
·
Mengidentifikasi waktu tertentu
untuk menceritakan kisah, seperti pada pertemuan fakultas, selama pengumuman
pagi, di surat kabar, selama retret fakultas, sebelum pertemuan perencanaan khusus, ataupun pada akhir tahun.
·
Melacak cerita utama dalam
sebuah buku, CD-ROM, rekaman video di perpustakaan audio visual, atau
rekaman audio.
·
Membuat cerita yang tersedia
untuk anggota baru dari sekolah dan masyarakat ketika mereka tiba.
·
Mengembangkan "terbaik
dari yang terbaik": mengingat dan melestarikan sepuluh cerita yang
tersedia.
BERBAGI
PENGGUNAAN
BAHASA/ ISTILAH
Penggunaan kata-kata dan bahasa untuk menghayati
seluruh konteks
sosial. Bahasa adalah patokan segala budaya. Di sekolah, bahasa khusus para profesional dan kata-kata unik lainnya serta frase mengikat kebersamaan semua individu,
membatasi orang luar dengan bahasa, dan memperkuat nilai-nilai inti. Semua budaya yang kuat berbagi
bahasa yang unik dari istilah khusus, akronim, istilah gaul, dialek, lelucon,
dan nama-nama unik untuk tempat, orang, atau peristiwa. Pemimpin harus memahami
bahasa "suku" sekolah mereka dan menggunakan bahasa itu untuk
memperkuat atau mengubah cara budaya. Sebuah syarat utama untuk kepemimpinan simbolik
adalah untuk mengetahui dan memahami istilah sekolah. Beberapa bahasa mungkin
jelas, dipahami, dan jelas; aspek lain mungkin memiliki makna dan pesan
tersembunyi.
CARA MENGUNGKAP MAKNA SESUNGGUHNYA KATA DAN FRASA
Mengidentifikasi Slogan,
motto, dan Frase Khusus
Terdapat berbagai slogan
dan motto digunakan di sekolah-sekolah-misalnya,
Semua Anak-anak Bisa
Belajar
Kami Berbagi, Kami Berani, Kami
Peduli
Setiap anak adalah sebuah
Tekad
Apa singkatan digunakan untuk mengatakan tentang misi, masa depan,
dan program?Buatlah daftar akronim yang digunakan di sekolah Anda (misalnya, BERSERI).
Mengapa yang akronim ini digunakan? Apakah mereka memiliki konotasi positif
atau negatif? Jelaskan Acara dengan Nama khusus
Sekolah sering memiliki label khusus untuk tradisi atau upacara bagi siswa, staf, dan orang tua. Contoh mengacu pada "maju" daripada "mundur." Di Sekolah Dasar di Ganado, Arizona, staf dan siswa memegang banyak acara untuk membangun komunitas profesional. Mereka memiliki "suatu hari " dan "Percakapan Kurikulum."
Sekolah sering memiliki label khusus untuk tradisi atau upacara bagi siswa, staf, dan orang tua. Contoh mengacu pada "maju" daripada "mundur." Di Sekolah Dasar di Ganado, Arizona, staf dan siswa memegang banyak acara untuk membangun komunitas profesional. Mereka memiliki "suatu hari " dan "Percakapan Kurikulum."
Buat Daftar acara khusus bernama di sekolah Anda. Bagaimana nama
acara tersebut ditemukan dan asal? Apa artinya lebih dalam?
Daftar Nama panggilan/julukan, Tempat, atau
Program
Bahasa merupakan bagian dari
budaya yang disfungsional juga. Beberapa kata atau frasa yang dimaksud digunakan untuk bercanda;
orang lain hanya berarti.
Namun apakah dalam bercanda atau cemoohan, mereka selalu
berkomunikasi interpretasi tentang orang-orang atau peristiwa. Berikut adalah
beberapa contoh:
Tempat Santai untuk Kadal
Dr.Memo [Guru yang seringkali
memberikan memo]
Dr. Ditto [anggota Guru yang diajarkan hanya melalui menyalin (dittoed)sebuah
handout]
Ratu Kurikulum
Si Anak Muda Nakal
Si Tua Berasap
Si Pembangkang
Apa julukan untuk orang, tempat, atau
program? Apakah ini positif atau negatif? Apa yang membuat nama-nama ini istimewa?
Apa yang mereka menandaka? Mengidentifikasi motto negatif atau Bahasa
merendahkan Lain. Beberapa sekolah mengembangkan kata-kata negatif atau merendahkan
orang-orang, program, atau peristiwa yang dapat memperkuat makna negatif dan aspek
beracun daru budaya ini.
Misalnya, dalam satu sekolah, tim pemerintahan yang terdiri dari empat anggota
staf yang mencoba untuk mengambil alih semua pengambilan keputusan. Mereka
dikenal sebagai “Gang of Four”.
Jika sekolah Anda memiliki kata-kata negatif, bagaimana ini hal ini muncul? Mengapa kata tersebut masih digunakan? Bagaimana budaya sekolah dibantu atau dirugikan oleh pesan-pesan negatif tersebut?
Jika sekolah Anda memiliki kata-kata negatif, bagaimana ini hal ini muncul? Mengapa kata tersebut masih digunakan? Bagaimana budaya sekolah dibantu atau dirugikan oleh pesan-pesan negatif tersebut?
Ide: Kumpulkan daftar umum, bahasa yang positif, istilah, nama, dan
motto yang digunakan
di sekolah Anda. Mintalah mereka mengaktualkan
seni menulis dalam kaligrafi dan dibingkai untuk ruang
depan atau beranda sekolah.
Idea: Mengembangkan kamus kata
informal kata, akronim, dan istilah yang digunakan
dalam sekolah. Salah satu wilayah memiliki lebih dari dua puluh lima akronim yang berbeda, hal itu belum termasuk termasuk
judul Program, deskripsi satuan, dan nama-nama bangunan.
Idea: Mintalah siswa mengumpulkan "kisah penciptaan" dari
kalimat yang menceritakan bagaimana istilah itu ada.
Idea:, kata bermakna dan definisi Positif dijadikan kamus kecil atau buklet yang dibagikan
kepada anggota staf baru sehingga mereka mengerti apa yang dikatakan dan dapat
merasa mereka adalah orang dalam.
Ide: Preposisi dan kata ganti juga menyampaikan makna implisit.
"Mereka bekerja untuk saya" berbeda dari "Mereka bekerja dengan
saya." "Sekolah saya adalah tempat khusus" menentukan sesuatu
yang sangat berbeda dari "Sekolah kami adalah tempat khusus."
Memperhatikan subtexts bahasa memberikan petunjuk mengungkap
kan untuk membantu membedakan pola budaya dan cara.
Tulis kamus bahasa khusus sekolah Anda:....
Aspek sejarah, dongeng, dan juga istilah khusus, dapat merupakan bagian dari kultur sekolah atau akademik yang benar-benar nampak dalam kehidupan sehari-hari. Kisah kepahlawanan, sejarah mengenai krisis dan konflik internal lembaga , sampai dengan julukan bagi individu, kelompok yang berada dalam institusi, mengidentifikasikan karakteristik personal setiap bagian yang ada di sekolah. Hal di atas dapat menuntun untuk membuat etnografi tentang sekolah. Artikel berikutnya akan dibahas mengenai bentuk kultur sekolah berdasarkan artefak dan arsitektur sekolah.
Referensi:
Bower, M.Will to Manage. New York:McGraw-Hill, 1996.
Clark, B. “The Organizational Saga in Higher Education.” Administrative Science Quarterly, 1972, 17, 178–184.
Deal, T. E., and Kennedy, A. A. Corporate Cultures: The Rites and Rituals of Corporate Life. Reading,Mass.: Addison-Wesley, 1982.
Deal, T. E., and Key, M. K. Corporate Celebration: Play, Purpose, and Profit at Work. SanFrancisco: Berrett-Koehler, 1998.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. The Leadership Paradox: Balancing Logic and Artistry in Schools. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Gordon,W. J. Synectics: The Development of Creative Capacity. New York: Collier Books, 1961.
Kouzes, J. M., and Posner, B. Z. Encouraging the Heart: A Leader’s Guide to Rewarding and Recognizing Others. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Kübler-Ross, E. On Death and Dying. New York:Macmillan, 1969.
Ott, J. S. The Organizational Perspective. Pacific Grove, Calif.: Brooks/Cole, 1989.
Schein, E. H. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1985.
Waller,W. The Sociology of Teaching. New York:Wiley, 1932.
kan untuk membantu membedakan pola budaya dan cara.
Tulis kamus bahasa khusus sekolah Anda:....
Aspek sejarah, dongeng, dan juga istilah khusus, dapat merupakan bagian dari kultur sekolah atau akademik yang benar-benar nampak dalam kehidupan sehari-hari. Kisah kepahlawanan, sejarah mengenai krisis dan konflik internal lembaga , sampai dengan julukan bagi individu, kelompok yang berada dalam institusi, mengidentifikasikan karakteristik personal setiap bagian yang ada di sekolah. Hal di atas dapat menuntun untuk membuat etnografi tentang sekolah. Artikel berikutnya akan dibahas mengenai bentuk kultur sekolah berdasarkan artefak dan arsitektur sekolah.
Referensi:
Bower, M.Will to Manage. New York:McGraw-Hill, 1996.
Clark, B. “The Organizational Saga in Higher Education.” Administrative Science Quarterly, 1972, 17, 178–184.
Deal, T. E., and Kennedy, A. A. Corporate Cultures: The Rites and Rituals of Corporate Life. Reading,Mass.: Addison-Wesley, 1982.
Deal, T. E., and Key, M. K. Corporate Celebration: Play, Purpose, and Profit at Work. SanFrancisco: Berrett-Koehler, 1998.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. The Leadership Paradox: Balancing Logic and Artistry in Schools. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Gordon,W. J. Synectics: The Development of Creative Capacity. New York: Collier Books, 1961.
Kouzes, J. M., and Posner, B. Z. Encouraging the Heart: A Leader’s Guide to Rewarding and Recognizing Others. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Kübler-Ross, E. On Death and Dying. New York:Macmillan, 1969.
Ott, J. S. The Organizational Perspective. Pacific Grove, Calif.: Brooks/Cole, 1989.
Schein, E. H. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1985.
Waller,W. The Sociology of Teaching. New York:Wiley, 1932.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar