Selasa, 01 November 2016

Panduan Lapangan Pembentukan Budaya Sekolah: Dasar dari Budaya (4)


Visi dan Nilai-Nilai Beberapa sekolah ataupun wilayah memiliki seperangkat nilai/pranata sebagai jangkar yang kokoh bagi kegiatan sehari-hari dengan tujuan yang lebih mendalam. Orang-orang mengetahui hal-hal yang penting, bahkan jika hal tersebut sulit untuk menjelaskan secara lebih. Nilai dan tujuan yang lebih mendalam untuk membentuk gambaran visi sekolah pada masa depan yang diharapkan -sebagai mimpi yang memungkinkan untuk dapat terwujud. Mimpi-mimpi yang jelas dan seringkali juga terselubung yang turut memberikan rasa yang mendalam dan kaya tujuan dan arah untuk masa depan, jika tidak menentu. Sisi ini, merupakan sisi mitis dari sekolah adalah "jangkar eksistensial" dan "sumber spiritual" bagi tradisi sekolah, harapan, dan juga ketakutan (Deal dan Peterson, 1999, hal. 23).

Misi dan Tujuan
Budaya sekolah termuat dalam bagian intinya berbagai hal yang terdiri dari nilai-nilai yang mendukung perencanaan jangka panjang, alokasi sumberdaya, dan aktivitas yang dikerjakan sehari-hari. Beberapa sekolah telah menuliskan pernyataan tentang misi menunjukan mengenai siapa mereka, tetapi di sisi lain terdapat tujuan yang lebih dalam dan mungkin lebih kompleks dan jelas serta  lebih inspiratif. Niat serta tujuan inti tersebut tersembunyi jauh di dalam penciptaan budaya yang memberikan motivasi kepada guru, kekuatan bagi para pemimpin untuk bergerak terus maju, mendorong siswa atau pelajar untuk belajar, dan mendorong orang tua dan masyarakat untuk terlibat dan memberikan dukungan.

Upaya untuk mencoba mengungkap misi otentik serta tujuan, mungkin akan jauh lebih sulit daripada membaca pernyataan misi tersebut. Hal ini seringkali membutuhkan kemampuan untuk membaca tindakan dan sikap, baik itu staf ataupun orang tua, menelisik lebih rinci mengenai rencana dan keputusan sehari-hari siswa, atau mengungkap motivasi tak tertulis dari guru dan lain-lain. Dalam budaya positif, ada yang dipegang teguh tujuan yang hampir misi suci dan ujung memuliakan. Sebaliknya, dalam budaya beracun, tujuan mungkin menjadi basis dan mementingkan diri sendiri. Menembus retorika untuk menemukan unsur-unsur yang lebih mendalam dari misi sekolah merupakan kunci untuk memahami dan membentuk budaya.

Bagaimana mungkin seseorang membongkar makna misi sekolah dan tujuan? Sebagai konsep-konsep dasar sebagai landasan dari pemikiran dan tindakan berikutnya.


Nilai atau Pranata
Nilai atau Pranata, merupakan inti dari pertimbangan-pertimbangan penting sekolah. Nilai-nilai berfungsi sebagai seperangkat pedoman baku, mengenai apa yang baik, dan mana yang sempurna dalam makna  kualitas—hal-hal yang dinilai (Ott, 1989).Nilai-nilai tersebut membentuk perilaku, pengambilan keputusan, dan perhatian, karena nilai-nilai akan selalu hadir ketika mereka harus mempertimbangkan hal-hal yang dianggap penting.

Kepercayaan/Keyakinan
Kepercayaan/Keyakinan (Beliefs ) merupakan pemahaman mengenai lingkungan atau dunia sekitar kita. Hal tersebut merupakan “hal yang kita peluk/genggam secara sadar, sebagai dalam pandangan-pandangan mengenai kebemaran dan kenyataan” (Ott, 1989, p. 39). Staff, siswa dan hal-hal prinsip memeluk keyakinan tentang aspek-aspek utama yang dimiliki oleh organisasi—tanggungjawab guru pada pembelajaran siswa, tentang kapasitas siswa, etnisitas, dan kelas sosial, perubahan dan inovasi, dan ranah siswa beserta motivasi mereka.

Norma
Normas adalah jaringan berbagai harapan dalam suatu kelompok yang ditunjukkan dalam sikap dan perilaku, pakaian/seragam, bahasa, dan berbagai aspek dalam kehidupan sosial. Hal ini merupakan aturan-aturan tak tertulis, dan tidak diumumkan, namun diikuti oleh siswa dan staff. Di beberapa sekolah seringkali terdapat norma-norma tertentu dalam interaksi di dalamnya, rapat fakultas, bagaimana cara mempersiapkan dan merencanakan program pada suatu periode tertentu, dan pengembangan kinerja staff.

Asumsi
Asumsi juga merupakan elemen kunci dari budaya, hal ini kadang dilihat sebagai bawah sadar “sistem kepercayaan, persepsi, dan nilai-nilai” yang menjadi panduan perilaku dan sikap. key element of the culture, are sometimes viewed as the preconscious “system of beliefs, perceptions, and values” that guide behavior (Ott, 1989, p. 37). Sebagaimana kepercayaan, asumsi memiliki pengaruh terhadap tindakan, pemikiran, dan perasaan. Asumsi memiliki eksistensi  dalam kaitannya dengan lingkup pengajaran, kurikulum, dan instruksi; pembedaan tipe karakter siswa; serta kepemimpinan.

Aktivitas yang dapat Teramati untuk Megungkap Nilai-Nilai, Kepercayaan, Norma-Norma dan Asumsi-Asumsi
Hal ini tidak mudaj dalam mengungkapnya, karena seringkali ini semua merupakan aspek-aspek tersembunyi dari budaya. Namun terdapat beberapa cara untuk memandu melakukan identifikasi nalai-nilai inti dari kepercayaan, norma dan asumsinot easy to uncover these often hidden aspects of the culture. Kegiatan-kegiatan berikut dapat membantu untuk memandu memahami aspek-aspek yang lebih mendalam. Dalam artikel berikutnya yang berjudul “Daftar Enam untuk Menggambarkan Budaya -sekolah”.

Referensi:

Bower, M. Will to Manage. New York: McGraw-Hill, 1996.
Clark, B. “The Organizational Saga in Higher Education.”Administrative Science Quarterly, 1972, 17, 178–184.
Deal, T. E., and Kennedy, A. A. Corporate Cultures: The Rites and Rituals of Corporate Life. Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1982.
Deal, T. E., and Key, M. K. Corporate Celebration: Play, Purpose, and Profit at Work. San Francisco: Berrett-Koehler, 1998.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. The Leadership Paradox: Balancing Logic and Artistry in Schools. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey- Bass, 1999.
Gordon, W. J. Synectics: The Development of Creative Capacity. New York: Collier Books, 1961.
Kouzes, J. M., and Posner, B. Z. Encouraging the Heart: A Leader’s Guide to Rewarding and Recognizing Others. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Kübler-Ross, E. On Death and Dying. New York: Macmillan, 1969.
Ott, J. S. The Organizational Perspective. Pacific Grove, Calif.: Brooks/Cole, 1989.
Schein, E. H. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1985.
Waller, W. The Sociology of Teaching. New York: Wiley, 1932.

Tidak ada komentar: