Melakukan riset atau penelitian kependidikan dapat menjadi menyenangkan. Melakukan perjalan ke berbagai daerah dan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah, bertemu dengan kenalan-kenalan baru, guru, pegawai sekolah, berbincang dengan berbagai logat dialek, dan menggunakan sebagian waktu hidup kita untuk bertemu dengan orang-orang, benar-benar menjadi sesuatu yang menyenangkan. Wellington menceritakan bahwa dalam riset-riset kependidikan yang ia lakukan di hampir semua bagian wilayah di Inggris, bahkan juga di beberapa negara lain. Bertemu dengan sejumlah pekerja tenaga kependidikan dengan berbagai karakter, level, dan juga bidang (Wellington, 1989, 1993).
Pertanyaan Penelitian dapat meluas menjadi pertanyaan-pertanyaan kepada orang-orang, mendengarkan, dan melakukan observasi serta mengevaluasi sumber, jadwal, prosedur, sistematika, dan metode-metode pengajaran. Hal ini bisa saja menjadi berantakan, frustrasi, dan semua menjadi tidak dapat diprediksi. Memimpin kelompok diskusi terfokus (FGD, focus group discussion), dan hanya satu orang saja yang mau memberikan pendapat, mengatur pertemuan dengan para peserta magang yang datang dari tempat yang jauh untuk menemui "mentor", dan memulangkan ke rumah bagi peserta yang melakukan kesalahan, mengatur pertemuan dengan informan untuk melakukan wawancara dengan para pekerja yang sangat sibuk, hanya untuk pertemuan satu-dua jam. Begitulah suka duka sebagai peneliti kependidikan yang diungkapkan oleh Wellington.
Hal ini merupakan perbedaan di antara penelitian kependidikan yang melibatkan saling kesepakatan dengan manusia dan institusi di mana mereka belajar, sementara dalam penelitian bidang fisika hanya melibatkan benda mati dan tidak berwujud, terserak, terpisah, kaku, dalam suatu permukaan.
Perbedaan tersebut juga terjadi pada standar operasional pelaksanaan. Pendidikan melibatkan studi tentang manusia; ilmu fisik, meskipun memiliki norma dan etika masing-masing, namun tidak membuat tuntutan etis yang sama sebagaimana halnya pendidikan. Penekanan perhatian terhadap ranah etis harus berada di garis depan dari setiap proyek penelitian dan harus terus sampai ke Langgan dan penyebaran tahap. Moral dan etika dalam penelitian pendidikan dianggap pada berbagai titik dalam bab ini dan bab-bab selanjutnya dari buku ini (Untuk pembahasan lebih lanjut tentang etika dalam penelitian pendidikan, melihat Robson, 1993, hlm 29-35;.. Sikes, 2006; Shipman, 1988 dan banyak sumber lain) pada artikel-artikel berikutnya, Pat Sikes menceritakan kisahnya sendiri menunjukkan bagaimana masalah etika yang sentral dalam penelitian pendidikan.
Referensi:
Robson, C. (1993), Real World Research: A Resource for Social Scientists and Practitioner-Researchers. Oxford: Basil Blackwell.
Shipman, M. (1988), The Limitations of Social Research (3rd edn). Harlow: Longman.
Wellington, J., Bathmaker A., Hunt C., McCulloch G. and Sikes, P. (2006), Succeedingwith Your Doctorate. London: Sage.
Wellington, J. 2006. Educational Research: Contemporay Issues and Practical Approach. London: Continuum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar