Pembahasan-pembahasan
mengenai penelitian kependidikan terus menerus muncul di media massa. Pendidikan,
hampir dapat disamakan sebagaimana subjek-subjek lain untuk diperbincangkan
seperti, politik, kuliner, ataupun seleksi tim sepakbola di Inggris, yang
seringkali menjadi subjek yang diperbincangkan oleh orang-orang seolah-olah
mereka adalah ahlinya (sejauh ini kita adalah orang-orang yang pernah
bersekolah). Media masa akhir-akhir ini memilih hal-hal tersebut menjadi
komuditi favorit untuk ditayangkan atau dipublikasikan seperti misalanya isu
mengenai perbandingan luasan ukuran kelas dengan murid, pertanyaan-pertanyaan
apakah guru dapat membuat variasi dan perbedaan dalam pengajaran yang selama
ini menggunakan praktek-praktek pelatihan yang masih tradisional, di mana
hal-hal tersebut selalu menyudutkan guru-guru, apalagi ketika terdapat fenomena
permasalahan berkenaan dengan setiap penyakit sosial, hingga masalah penganglain
sebagainya. Perdebatan "kambuhan" lainnya adalah perdebatan tentang
pengaruh genetika secara relatif terhadap lingkungan, atau faktor 'natural/alam
versus pengasuhan/pendidikan' sebagaimana pers lebih memilih untuk menampilkannya
sebagai alternatif. Sebuah isu panas yang lebih aktual adalah perempuan
cenderung lebih berprestasi dibandingkan anak laki-laki, dalam headline liputan koran-koran terkenal di
awal tahun 1998 dan kondisi semacam ini juga telah terulang secara teratur.
(Salah satu keajaiban apakah sorotan media akan sebesar itu, jika anak
perempuan hasil belajarnya mengalami kemerosotan
jauh di bawah anak laki-laki '.)
Kemudian
Menteri Pendidikan pada Januari 1998, mendesak supaya murid laki-laki harus
didorong untuk membaca selama satu jam sehari, dan bahkan anak laki-laki harus
duduk di sebelah murid perempuan satu kelas.
Sebagaimana
dapat diduga, muncuk desakan menteri tersebut yang mengundang kegelian publik
dan ketika hasil penelitian menjadi berita utama. Pelajaran musik, misalnya,
dikatakan, pada tahun 1998, menjadi 'kunci untuk memori yang lebih baik'.
Kesimpulan ini didasarkan pada eksperimen 'terkontrol' yang dilakukan di Hong
Kong dengan melibatkan tiga puluh siswa perempuan yang telah menerima pelajaran
musik dan tiga puluh lain yang tidak. Penelitian ini pertama kali
dipublikasikan di Nature, dan hal tersebut
menarik minat surat kabar untuk meliputnya; mungkin karena melibatkan
eksperimen terkontrol, maka dianggap memiliki kualitas status tinggi, atau 'ilmiah'. Demikian pula, hasil
pengamatan bahwa 'otak wanita menyusut selama kehamilan' yang didasarkan pada
'bukti ilmiah baru' yang diterbitkan dalam New Scientist pada tahun 1997.
Sebuah
program penelitian sistematis akhirnya harus dilakukan secara mendalam tentang
pemilihan media publikasi saat ini, perlu penyaringan dan penggambaran yang
jelas pada penelitian pendidikan sehingga akan membuat sebuah proyek yang
ideal. Kecurigaan Wellington bahwa bias media massa pada penelitian pendidikan
dipandang sebagai 'ilmiah', obyektif dan bebas nilai, hal ini berkebalikan
dengan penelitian yang bersifat
kualitatif dan karena itu dianggap sarat penilaian dan subjektif.
Beberapa
penelitian yang telah diliputan media massa dari aspek-aspek tertentu dari
pendidikan: misalnya Pettigrew dan Maclure (1997), yang mendapatkan hibah
penelitian sekolah sekolah saat itu; Baker (1994), pada cakupan surat kabar
Persatuan Guru; dan Warburton dan Saunders (1996), gambar koran guru di tahun
1970-an. Namun, tidak pernah dan tidak ada pemeriksaan sistematis yang
dilakukan penyaringan berita dalam
penyampaian penelitian pendidikan itu sendiri - sebuah 'kesenjangan' yang perlu
diisi.
Kita
kembali ke kritik terbaru mengenai penelitian pendidikan, di media massa dan
lainnya pada artikel-artikel berikutnya.
Referensi:
Referensi:
Baker, M.
(1994), ‘Media coverage of education’. British Journal of Educational Studies,
42(3), 286–97.
Pettigrew,
M. and MacLure, M. (1997), ‘The press, public knowledge and the grant
maintained schools policy’. British Journal of Educational Studies, 45(4),
392–405.
Warburton,
T. and Saunders, M. (1996), ‘Representing teachers’ professional culture
through cartoons’. British Journal of Educational Studies, 43(3), 307–25.
Wellington,
J. 2006. Educational Research: Contemporay Issues and Practical Approach.
London: Continuum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar