Bentuk budaya beracun memiliki cara kerja yang sama
dengan bentuk budaya positif. Dari waktu ke waktu menjadi tantangan bagi para
staff dan para pemimpin untuk menghadapi, menyelesaikan segala masalah dan
mengantisipasi kesulitan supaya tidak terjadi tragedi. Budaya negatif mereka
bentuk dari pandangan negatif terhadap pekerjaan, kemampuan dan juga siswa.
Pada bagian ini budaya negatif terus terbangun karena ketiadaan pemimpin yang
membantu staf-staf nya untuk menghadapi permasalahan, menghindari realisasi
yang negatif, dan membantu menyelesaikan konflik secara positif.
Pergerakan menuju budya yang negatif seringkali
sangat perlahan, melalui proses bertahap, sebagaimana orang-orang yang bersifat
positif tidak menyadarinya. Namun lambat laun, pandangan-pandangan negatif
tersebut mengambil alih pandangan umum dalam cara pandang mereka terhadap
sekolah. Kemudian budaya mulai diperkuat menjadi semakin negatif. Dan harus kita catat, bahwa sekolah yang
beracun, merupakan elemen-elemen budaya yang memperkuat keadaan negatif.
Nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan negatif. Suatu Jejaring kebudayaan bekerja sebagai oposisi segala hal yang positif. Ritual dan tradisi yang kerdil, suram, atau kontra produktif
—Deal and Peterson, 1999, p. 119
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MEMBACA, MELAKUKAN ASESMEN,
DAN TRANSFORMASI ASPEK-ASPEK NEGATIF DARI BUDAYA
Langkah-langkah yang disarankan untuk membaca
pola-pola budaya negatif dan cara untuk melakukan asesmen dan perubahan
fitur-fitur negatih dapat menjadi kegiatan asesmen dengan menayakan hal-hal
yang sederhana, namun hal ini sangat penting: Aspek-aspek apa saja dari budaya
yang bisa kita temukan sebagai hal positif dan mendukung misi kita bersama,
serta aspek apa saja yang kita rasa negatif dan menjadi kendala kita
menyelesaikan misi tersebut?”
Melakukan identifikasi Subkultur Beracun
Banyak sekolah yang tidak secara umum beracun,
mungkin, sedikit mengantongi hal negatif. Mungkin terdapat beberapa tingkatan,
bagian, atau orang-orang sebagai penjaga hal negatif tersebut. Hal ini tidak
jujur dan bukan merupakan kritik yang membantu sekolah menghidari kesalahan. Mereka secara berkelanjutan dan terus-menerus
menggunakan keluhan sinis untuk
mendapatkan kekuasaan dan perhatian.
Untuk mengidentifikasi kondisi sub kultur tersebut,
kita cari beberapa kelompok atau sub kelompok yang secara konsisten memiliki
perspektif negatif terhadap sekolah, atau mereka yang kurang memiliki kehendak
untuk mengembangkan pekerjaan dan cara kerja, ataupun yang sesungguhnya tidak
melakukan pekerjaan sebagaimana fungsinya. Kita juga harus menemukan kelompok
staf-staf yang mengingatkan pada membuat staf lain tidak kerasan dan keluar
dari lembaga, selain para agen rumor/isu/gosip yang hanya berbagi kesuraman,
pembangkit kebencian dengan mengkisahkan
sejarah suram dan keburukan generasi sebelumnya, dan anti keteladanan
atau anti pada orang-orang teladan. Siapa saja yang berada dalam subkultur
negatif? aspek negatif apa yang menjadi fokus mereka?
Sebagai pemimpin, kita menginginkan untuk
mengidentifikasi dan menandai subkultur dari pandangan-pandangan pesimis, dan
mencoba memahami bagaimana untuk memperbaiki dan meluruskan pandangan mereka.
Tanyakan jika mereka ingin bergabung, mendukung, dan bekerja komite
sekolah dalam kondisi perbaikan. Jika
situasi tersebut tidak berubah –sebagai contoh pada level standar, tipe
siswa-siwa di sekolah, tingkat kondisi sosial ekonomi orang tua—untuk ditandai
ketika tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan.
Pimpinan dapat mengajak para staf untuk menemukan
kelopok-kelompok negatif untuk memahami apa yang mereka inginkan dan mengapa
mereka selalu tidak setuju. Pemimpin perlu untuk memahami ke-negatif-an. Dan
kita tanyakan pada dirikita sendiri pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
Siapa saja anggota kelompok negatif tersebut?
Apa yang menjadi fokus dari negativitas mereka?
Apa yang mungkin sumber historis dari negativitas
tersebut?
Cara-cara apa saja untuk bekerjasama dengan
kelompok tersebut untuk memperhatikan minat atau keinginan mereka?
Dengarkan
dan Transformasikan Cerita
Hampir semua sekolah memiliki cerita-cerita
mengenai rencana-rencana yang tidak terlaksana, ide-ide yang sulit,
program-program yang gagal (mati, ataupun kehabisan pendanaan). Budaya positif
menggunakan hal tersebut sebagai bentuk pembelajaran. Budaya nbegatif
menggunakan kisah kegagala untuk memperbesar pandangan negatif mengenai
sekolah. Yakinlah bahwa akan terdapat kebenaran di dalam suatu kisah. Makna
yang tekandung pada cerita dan konsekuensinya merupakan aspek-aspek yang sangat
berarti.
Kisah-kisah negatif akan dipelajari dan diterima
secara langsung. Deskripsikan kisah-kisah negatif sekolah tersebut.
Identifikasi pesan-pesan dari kisah tersebut (kebenarannya dan maknanya), dan
buatlah daftar dua atau tiga cara yang kita rencanakan tentang kisah tersebut.
Kisah 1:
Pesan dari kisah:
Rencana untuk menemukan kepada siapa inti pesan tersebut disampaikan:
Kisah 2:
Pesan dalam kisah:
Rencana tujuan dari pesan inti tersebut disampaikan:
Kisah 3:
Pesan dari kisah tersebut:
Rencana tujuan dari inti pesan tersebut:
Menangani Elemen-elemen
Beracun
Staf, administrator, dan terkadang siswa di kelas
yang lebih tinggi, semuanya bertanggungjawab terhadap berkembangnya budaya-budaya
beracun. Berikut ini merupakan permasalahan dan pendekatan untuk mengatasi
masalah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan reflektif berikut ini dapat dijadikan pertimbangan.
Elemen beracun : Kurangnya kesepahaman
mengenai tujuan
Saran Tindakan
: identifikasi misi dan tujuan utama
sekolah, dan temukan cara untuk memperkuat kesadaran pencapaian tujuan itu.
Aktivitas :
gunakan berbagai aktivitas yang telah dijabarkan dalam buku ini. Kembali ke bab
sebelumnya dan periksa bab selanjutnya untuk aktivitas spesifik.
Elemen
Beracun : Kurangnya Berbagi tujuan
Saran
Tindakan: Melakukan identifikasi misi dan tujuan inti sekolah
dan menemukan cara untuk menguatkan semangat untuk mencapai cita-cita.
Aktivitas:
Gunakan beberapa kegiatan yang telah dideskripsikan pada buku
ini. Kembali pada bab-bab utama dan periksa kembali untuk kegiatan-kegiatan
khusus pada misi inti dan cara untuk memperkuat misi tersebut. Seperti misalnya
mengkomunikasikan, memperingati, merayakan, dan mendiskusikan misi tersebut,
dan akan digunakan bersama. Deskripsikan aspek-aspek dari misi yang yang
digunakan bersama dan yang tidak.
Elemen Beracun: Anggota-anggota Staff yang menemukan banyak makna aktivitas di luar
atau negativitas.
Saran
Tindakan: Sarankan anggota staff menyusun perencanaan tindakan untuk
misi pribadi ataupun misi sekolah.
Aktivitas:
Sarankan masing-masinga anggota staff menyusun pernyataan misi
pribadi, kemudian buat daftar tindakan-tindakan yang akan diselesaikan sebagai
misi pribadi sebaik mungkin seiring
tercapainya dengan misi sekolah. Dalam kelompok kecil 5 atau 4 anggota staf
yang masing-masing berbagi misi dan rencana. Rencan-rencana tersebut dapat
disusun di akhir musim panas ataupun di awal semester, dan disimpan pada
amplop-amplop pribadi, dan dikirimkan pada bulan januari sebagai pengingat apa
yang masing-masing anggora staff rencanakan telah tercapai. Deskripsikan
bagaimana kita bisa ikut membantu mereka berbagi rasa dalam misi tersebut
Elemen
Beracun: Melihat Masa Lalu sebagai Kekalahan dan Kegagalan
Saran
Tindakan: Tujukan secara terbuka pada masalah-masalah di masa
lampu, bukan pada kesuksesan, sekecil apapun, susun perencanaan dengan jelas
untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu.
Kegiatan:
Bagi staff menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau
5 orang. Sarankan pada mereka untuk membuat daftar semua program atau
pencapaian yang telah selesai dari masa lalu pada selembar kertas, serta semua
daftar kesalan atau kegagalan di kertas lain. Diskusikan keberhasilan tersebut.
Buat daftar khusus tindakan-tindakan, dengan tujuan supaya dapat terhindar dari
kesalahan-kesalahan pada periode berikutnya. Kemudian susun rencana tindakan
mengenai apa saja yang direncanakan dan tulis di bawah ini
Catatan:
Pada sekolah dengan riwayat kegagalan secara kepemimpinan, miskin
rencana dan disorganisasi, kegiatan ini akan menjadi sulit karena terlalu
banyak masalah yang dibawa. Dalam situasi sulit tersebut, pemimpin harus mempelajar
In this situation, leaders should informally learn about past mistakes and
secara informal untuk memulai penunjukan pada rencana dan keputusan staf
tersebut. Seringkali terdapat iklim positif, tipe ini dilakukan sebagaimana
secara antropologis, yaitu terus menggali informasi dengan tanpa meninggalkan
kekacauan. Dari semua itu, ketika sekolah memiliki banyak kesalahan, tindakan
besar penyembuhan sangat diperlukan.
Elemen
beracun: Kurangnya rasa menjadi bagian dari Komunitas
Tindakan
yang disarankan: Bangun rasa kesadaran komunitas dengan
berkontribusi pada peringatan, perayaann, dan penekanan terhadap berbagi tujuan
dan nilai-nilai sekolah bersama, tumbuhkan rasa tanggungjawab, kebenaran, dan
saling memperhatikan kepercayaan dan nilai-nilai sekolah, jaga hubungan dalam
sekolah..
Kegiatan
• Meningkatkan
dan menumbuhkan kesempatan (selama pertemuan fakultas, penguatan
motivasi dan semangat, serta dalam komunikasi sehari-hari) bagi anggota staf
untuk merayakan kontribusi mereka sendiri atau rekan mereka.
• Meningkatkan jumlah dan kualitas interaksi
informal di antara anggota staf, seperti makan bersama makanan seadanya,
bermain game bersama-sama, menyediakan waktu untuk berbagi ide pribadi dan
profesional, serta mengagendakan acara bersama.
• Mengembangkan daftar pernyataan mengenai keyakinan
staf, mahasiswa, dan hubungan masyarakat dengan fokus pada bagaimana untuk
memperkuat hormat, percaya, kepedulian hubungan. Daftar laporan keyakinan pada
kertas grafik dan melakukan identifikasi perilaku yang menunjukkan jenis
hubungan atau interaksi.
• Mengatur "Sunshine Club" yang
benar-benar memberikan sinar matahari untuk anggota staf yang membutuhkan.
Jelaskan apa dilakukan oleh kelompok itu secara efektif untuk mendukung
kebutuhan staf., memberikan semangat, komunikasi sehari-hari)
Elemen
Beracun: Kurangnya Tradisi dan Seremoni yang Membentuk rasa Komunitas
Saran
Kegiatan: Buat tinjauan mengenai tradisi dan seremoni yang
dilaksanakan sepanjang tahun, dan tentukan apakah semua positif, pengalaman
merayakan/memperingati. Rancangan dan pelaksanaan seremoni baru yang
memperingati hal yang positif, dan bagian-baian aktif dari budaya.
Aktivitas: Setelah melengkapi analisis tahunan tahunan dari tradisi dan seremoni, cari dan temukan batas-batas pada tahun ataupun kemunculan hal negatif ataupun tradisi mati. Membangun yang baru, memperkaya tradisi untuk membangun dan memperkuat rasa sebagai komunitas.
Pertanyaan Reflektif
- Apakah kita memiliki sejumlah tradisi dan seremoni yang mengkomunikasikan ataupun yang memperkuat inti dari norma-norma, nilai-nilai dan cita-cita positif?
- Apakah kita perlu mengakhiri atau mentiadakan beberapa tradisi negatif atau meningkatkan efektivitas tradisi ataupun seremoni yang tidak efektif tersebut?
- Seremoni apa yang secara khusus membuat kita menjadi penuh kekuatan, memberikan energi atau pengalaman yang memotivasi, dalam pembentukan komunitas tersebut?
Elemen Beracun: Konflik dan Jejaring Budaya yang Negatif
Tindakan yang disarankan: Memberikan masukan langsung tanpa menghakimi perilaku negatif tertentu beserta efeknya pada sekolah dan stafnya. Buffer yang baru direkrut anggota staf dari anggota negatif budaya, atau mereka akan disosialisasikan ke dalam subkultur beracun. Menyediakan anggota staf baru dengan positif, mentor mendukung. Provide direct, nonjudgmental feedback about specific
negative behaviors and their effect on the school and its
staff. Buffer newly hired staff members from negative members of the
culture, or they will be socialized into the toxic subculture. Provide new staff
members with positive, supportive mentors.
Activity:
Identify a member of the staff who takes on negative roles, and
provide informal feedback and, if necessary, formal
feedback about how his or her behavior is affecting the group. Do some coaching
on how to change the person’s behavior, offer to send him or her to a workshop
on collaboration or
effective teamwork, or bring in a consultant to
work with the person on transforming negative actions into positive ones.
Reflective questions
• Who
on the staff regularly criticizes everything that is done? (These are not
the honest and helpful critics who point out
problems in plans, budgets, or ideas that should be considered.)
• What
impact does this behavior have on others?
• What
can you say to give them specific, nonjudgmental feedback about the
effect of their behavior?
Idea:
“Plant new trees” by hiring new staff members who support positive
values and know how to work collaboratively.
Toxic Element: A Lack of Leadership in the School
Suggested
action:Work to improve your own leadership and nurture leadership
among the staff.
Activities:
• Conduct
a self-evaluation, asking whether you are engaging in the roles and
actions described in this and other books on
leadership. Note areas of accomplishment and areas for improvement.
• Next,
do an informal assessment of staff leadership.Who are seen as leaders? When do they have opportunities to lead? How are
they recognized for their leadership?
• Then
ask staff members whom they see as leaders; discuss the importance of staff leadership during a retreat or faculty
meeting. Ask the staff what everyone can do to encourage staff leadership in the
school. Take the suggestions, and use the best ones.
• Finally,
develop an action plan for building and supporting staff leadership
through empowerment, new decision-making
structures, professional development, and recognition of staff leaders. Describe what
you would do
month by month.
Toxic Element: Positive Role Models Remain
Unrecognized in the School and Community
Suggested
action: There are always some staff members who are dedicated
teachers; find them. Support and recognize these staff
members.
Activities:
• Identify
staff members who have conducted themselves in positive and professional ways. Initially, recognize them confidentially for
their contributions.
If they will not be criticized by negative staff
members, tell their stories to the school during faculty meetings, in the school
newsletter, or on the principal’s daily tours.
• List
ways in which you can recognize the school’s role models.
Toxic Element: The Only Exemplars Are Antiheroic
and Negative Role Models
Suggested
action: Recognize and acknowledge the contributions of positive,
energizing staff members.
Reflective questions:
• Who
are your negative role models? Why is their negative behavior respected or valued? How did they become negative role
models? Describe how you might address the negative behavior.
• Who
can you identify as positive role models and exemplars of the school’s
values? Describe how you can acknowledge their
contributions.
Toxic Element: Rather Than Hopes, Dreams, and a
Clear Vision, the Culture Supports a Sense of Hopelessness, Discouragement, and
Despair
Suggested
action: Articulate a clear, compelling, and positive vision for the
school.Make the vision a reality by developing
plans, taking action, and modeling its importance. Reinforce that vision by
communicating it in stories,
words, and “walking the talk.”
Activities:
Hold positive, well-designed ceremonies to recognize positive accomplishments related to the school’s vision.
Reflective questions
• Is
there a clear, compelling, and positive vision for the school that is regularly articulated?
• Are
there plans and actions that are moving the school forward?
• How
can staff and administration reinforce and communicate the vision to everyone?
Understanding and dealing with negative, toxic
cultures is a challenge. Following is an overview of major strategies that leaders have
used to deal with toxic cultures or subcultures (Deal and Peterson, 1999).
Strategies for Overcoming Negativism
• Confront the negativity head-on; give people a
chance to vent their venom in a public forum.
• Shield and support positive cultural elements
and staff members.
• Focus energy on the recruitment, selection, and
retention of effective, positive staff members.
• Help those who might succeed and thrive better
in a new district make the move to a new school.
• Consciously and directly focus on eradicating
the negative and rebuilding around positive norms and beliefs.
• Develop new stories of success, renewal, and
accomplishment.
• End old or dead ceremonies, and revive dying,
decrepit ones.
• Celebrate the positive and the possible.
Referensi:
Bower, M.Will to Manage. New York:McGraw-Hill, 1996.
Clark, B. “The Organizational Saga in Higher
Education.” Administrative
Science Quarterly, 1972, 17,
178–184.
Deal, T. E., and Kennedy, A. A. Corporate
Cultures: The Rites and Rituals of Corporate Life. Reading,Mass.: Addison-Wesley, 1982.
Deal, T. E., and Key, M. K. Corporate Celebration:
Play, Purpose, and Profit at Work. San Francisco: Berrett-Koehler, 1998.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. The Leadership
Paradox: Balancing Logic and Artistry in Schools.
San Francisco: Jossey-Bass, 1994.
Deal, T. E., and Peterson, K. D. Shaping School
Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Gordon,W. J. Synectics: The Development of
Creative Capacity. New York: Collier Books,1961.
Kouzes, J. M., and Posner, B. Z. Encouraging the
Heart: A Leader’s Guide to Rewarding and Recognizing
Others. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.
Kübler-Ross, E. On Death and Dying. New York:Macmillan, 1969.
Ott, J. S. The Organizational Perspective. Pacific Grove,
Calif.: Brooks/Cole, 1989.
Schein, E. H. Organizational Culture and Leadership. San Francisco:
Jossey-Bass, 1985.
Waller,W. The Sociology of Teaching. New York:Wiley, 1932.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar