Selasa, 06 Desember 2016

Panduan Lapangan Pembentukan Budaya Sekolah (10): Asal Usul Budaya dan Subkultur Beracun

Bentuk budaya beracun memiliki cara kerja yang sama dengan bentuk budaya positif. Dari waktu ke waktu menjadi tantangan bagi para staff dan para pemimpin untuk menghadapi, menyelesaikan segala masalah dan mengantisipasi kesulitan supaya tidak terjadi tragedi. Budaya negatif mereka bentuk dari pandangan negatif terhadap pekerjaan, kemampuan dan juga siswa. Pada bagian ini budaya negatif terus terbangun karena ketiadaan pemimpin yang membantu staf-staf nya untuk menghadapi permasalahan, menghindari realisasi yang negatif, dan membantu menyelesaikan konflik secara positif.
Pergerakan menuju budya yang negatif seringkali sangat perlahan, melalui proses bertahap, sebagaimana orang-orang yang bersifat positif tidak menyadarinya. Namun lambat laun, pandangan-pandangan negatif tersebut mengambil alih pandangan umum dalam cara pandang mereka terhadap sekolah. Kemudian budaya mulai diperkuat menjadi semakin negatif.  Dan harus kita catat, bahwa sekolah yang beracun, merupakan elemen-elemen budaya yang memperkuat keadaan negatif.
Nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan negatif. Suatu Jejaring kebudayaan bekerja sebagai oposisi segala hal yang positif. Ritual dan tradisi yang kerdil, suram, atau kontra produktif
—Deal and Peterson, 1999, p. 119

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MEMBACA, MELAKUKAN ASESMEN, DAN TRANSFORMASI ASPEK-ASPEK NEGATIF DARI BUDAYA
Langkah-langkah yang disarankan untuk membaca pola-pola budaya negatif dan cara untuk melakukan asesmen dan perubahan fitur-fitur negatih dapat menjadi kegiatan asesmen dengan menayakan hal-hal yang sederhana, namun hal ini sangat penting: Aspek-aspek apa saja dari budaya yang bisa kita temukan sebagai hal positif dan mendukung misi kita bersama, serta aspek apa saja yang kita rasa negatif dan menjadi kendala kita menyelesaikan misi tersebut?”

Melakukan identifikasi Subkultur Beracun
Banyak sekolah yang tidak secara umum beracun, mungkin, sedikit mengantongi hal negatif. Mungkin terdapat beberapa tingkatan, bagian, atau orang-orang sebagai penjaga hal negatif tersebut. Hal ini tidak jujur dan bukan merupakan kritik yang membantu sekolah menghidari kesalahan. Mereka secara berkelanjutan dan terus-menerus menggunakan keluhan  sinis untuk mendapatkan kekuasaan dan perhatian.
Untuk mengidentifikasi kondisi sub kultur tersebut, kita cari beberapa kelompok atau sub kelompok yang secara konsisten memiliki perspektif negatif terhadap sekolah, atau mereka yang kurang memiliki kehendak untuk mengembangkan pekerjaan dan cara kerja, ataupun yang sesungguhnya tidak melakukan pekerjaan sebagaimana fungsinya. Kita juga harus menemukan kelompok staf-staf yang mengingatkan pada membuat staf lain tidak kerasan dan keluar dari lembaga, selain para agen rumor/isu/gosip yang hanya berbagi kesuraman, pembangkit kebencian dengan mengkisahkan  sejarah suram dan keburukan generasi sebelumnya, dan anti keteladanan atau anti pada orang-orang teladan. Siapa saja yang berada dalam subkultur negatif? aspek negatif apa yang menjadi fokus mereka?
Sebagai pemimpin, kita menginginkan untuk mengidentifikasi dan menandai subkultur dari pandangan-pandangan pesimis, dan mencoba memahami bagaimana untuk memperbaiki dan meluruskan pandangan mereka. Tanyakan jika mereka ingin bergabung, mendukung, dan bekerja komite sekolah  dalam kondisi perbaikan. Jika situasi tersebut tidak berubah –sebagai contoh pada level standar, tipe siswa-siwa di sekolah, tingkat kondisi sosial ekonomi orang tua—untuk ditandai ketika tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan.
Pimpinan dapat mengajak para staf untuk menemukan kelopok-kelompok negatif untuk memahami apa yang mereka inginkan dan mengapa mereka selalu tidak setuju. Pemimpin perlu untuk memahami ke-negatif-an. Dan kita tanyakan pada dirikita sendiri pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

Siapa saja anggota kelompok negatif tersebut?







Apa yang menjadi fokus dari negativitas mereka?






Apa yang mungkin sumber historis dari negativitas tersebut?






Cara-cara apa saja untuk bekerjasama dengan kelompok tersebut untuk memperhatikan minat atau keinginan mereka?






Dengarkan dan Transformasikan Cerita
Hampir semua sekolah memiliki cerita-cerita mengenai rencana-rencana yang tidak terlaksana, ide-ide yang sulit, program-program yang gagal (mati, ataupun kehabisan pendanaan). Budaya positif menggunakan hal tersebut sebagai bentuk pembelajaran. Budaya nbegatif menggunakan kisah kegagala untuk memperbesar pandangan negatif mengenai sekolah. Yakinlah bahwa akan terdapat kebenaran di dalam suatu kisah. Makna yang tekandung pada cerita dan konsekuensinya merupakan aspek-aspek yang sangat berarti.
Kisah-kisah negatif akan dipelajari dan diterima secara langsung. Deskripsikan kisah-kisah negatif sekolah tersebut. Identifikasi pesan-pesan dari kisah tersebut (kebenarannya dan maknanya), dan buatlah daftar dua atau tiga cara yang kita rencanakan tentang kisah tersebut.
Kisah 1:






Pesan dari kisah:





Rencana untuk menemukan kepada siapa inti pesan tersebut disampaikan:






Kisah 2:






Pesan dalam kisah:





Rencana tujuan dari pesan inti tersebut disampaikan:






Kisah 3:






Pesan dari kisah tersebut:





Rencana tujuan dari inti pesan tersebut:







Menangani Elemen-elemen Beracun
Staf, administrator, dan terkadang siswa di kelas yang lebih tinggi, semuanya bertanggungjawab terhadap berkembangnya budaya-budaya beracun. Berikut ini merupakan permasalahan dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan reflektif berikut ini dapat dijadikan pertimbangan.

Elemen beracun : Kurangnya kesepahaman mengenai tujuan
Saran Tindakan :  identifikasi misi dan tujuan utama sekolah, dan temukan cara untuk memperkuat kesadaran pencapaian tujuan itu.
Aktivitas : gunakan berbagai aktivitas yang telah dijabarkan dalam buku ini. Kembali ke bab sebelumnya dan periksa bab selanjutnya untuk aktivitas spesifik.
Elemen Beracun : Kurangnya Berbagi tujuan
Saran Tindakan: Melakukan identifikasi misi dan tujuan inti sekolah dan menemukan cara untuk menguatkan semangat untuk mencapai cita-cita.
Aktivitas: Gunakan beberapa kegiatan yang telah dideskripsikan pada buku ini. Kembali pada bab-bab utama dan periksa kembali untuk kegiatan-kegiatan khusus pada misi inti dan cara untuk memperkuat misi tersebut. Seperti misalnya mengkomunikasikan, memperingati, merayakan, dan mendiskusikan misi tersebut, dan akan digunakan bersama. Deskripsikan aspek-aspek dari misi yang yang digunakan bersama dan yang tidak.


Elemen Beracun: Anggota-anggota Staff  yang menemukan banyak makna aktivitas di luar atau negativitas.
Saran Tindakan: Sarankan anggota staff menyusun perencanaan tindakan untuk misi pribadi ataupun misi sekolah.
Aktivitas: Sarankan masing-masinga anggota staff menyusun pernyataan misi pribadi, kemudian buat daftar tindakan-tindakan yang akan diselesaikan sebagai misi pribadi sebaik mungkin  seiring tercapainya dengan misi sekolah. Dalam kelompok kecil 5 atau 4 anggota staf yang masing-masing berbagi misi dan rencana. Rencan-rencana tersebut dapat disusun di akhir musim panas ataupun di awal semester, dan disimpan pada amplop-amplop pribadi, dan dikirimkan pada bulan januari sebagai pengingat apa yang masing-masing anggora staff rencanakan telah tercapai. Deskripsikan bagaimana kita bisa ikut membantu mereka berbagi rasa dalam misi tersebut

Elemen Beracun: Melihat Masa Lalu sebagai Kekalahan dan Kegagalan
                                                                                                                                                                                      
Saran Tindakan: Tujukan secara terbuka pada masalah-masalah di masa lampu, bukan pada kesuksesan, sekecil apapun, susun perencanaan dengan jelas untuk menghidari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu.
Kegiatan: Bagi staff menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 atau 5 orang. Sarankan pada mereka untuk membuat daftar semua program atau pencapaian yang telah selesai dari masa lalu pada selembar kertas, serta semua daftar kesalan atau kegagalan di kertas lain. Diskusikan keberhasilan tersebut. Buat daftar khusus tindakan-tindakan, dengan tujuan supaya dapat terhindar dari kesalahan-kesalahan pada periode berikutnya. Kemudian susun rencana tindakan mengenai apa saja yang direncanakan dan tulis di bawah ini
 
Catatan: Pada sekolah dengan riwayat kegagalan secara kepemimpinan, miskin rencana dan disorganisasi, kegiatan ini akan menjadi sulit karena terlalu banyak masalah yang dibawa. Dalam situasi sulit tersebut, pemimpin harus mempelajar In this situation, leaders should informally learn about past mistakes and secara informal untuk memulai penunjukan pada rencana dan keputusan staf tersebut. Seringkali terdapat iklim positif, tipe ini dilakukan sebagaimana secara antropologis, yaitu terus menggali informasi dengan tanpa meninggalkan kekacauan. Dari semua itu, ketika sekolah memiliki banyak kesalahan, tindakan besar penyembuhan sangat diperlukan.

Elemen beracun: Kurangnya rasa menjadi bagian dari Komunitas
Tindakan yang disarankan: Bangun rasa kesadaran komunitas dengan berkontribusi pada peringatan, perayaann, dan penekanan terhadap berbagi tujuan dan nilai-nilai sekolah bersama, tumbuhkan rasa tanggungjawab, kebenaran, dan saling memperhatikan kepercayaan dan nilai-nilai sekolah, jaga hubungan dalam sekolah..
Kegiatan
• Meningkatkan dan menumbuhkan kesempatan (selama pertemuan fakultas, penguatan motivasi dan semangat, serta dalam komunikasi sehari-hari) bagi anggota staf untuk merayakan kontribusi mereka sendiri atau rekan mereka.
• Meningkatkan jumlah dan kualitas interaksi informal di antara anggota staf, seperti makan bersama makanan seadanya, bermain game bersama-sama, menyediakan waktu untuk berbagi ide pribadi dan profesional, serta mengagendakan acara bersama.
• Mengembangkan daftar pernyataan mengenai keyakinan staf, mahasiswa, dan hubungan masyarakat dengan fokus pada bagaimana untuk memperkuat hormat, percaya, kepedulian hubungan. Daftar laporan keyakinan pada kertas grafik dan melakukan identifikasi perilaku yang menunjukkan jenis hubungan atau interaksi.
• Mengatur "Sunshine Club" yang benar-benar memberikan sinar matahari untuk anggota staf yang membutuhkan. Jelaskan apa dilakukan oleh kelompok itu secara efektif untuk mendukung kebutuhan staf., memberikan semangat, komunikasi sehari-hari)


Elemen Beracun: Kurangnya Tradisi dan Seremoni yang Membentuk rasa Komunitas
Saran Kegiatan: Buat tinjauan mengenai tradisi dan seremoni yang dilaksanakan sepanjang tahun, dan tentukan apakah semua positif, pengalaman merayakan/memperingati. Rancangan dan pelaksanaan seremoni baru yang memperingati hal yang positif, dan bagian-baian aktif dari budaya.

Aktivitas: Setelah melengkapi analisis tahunan tahunan dari tradisi dan seremoni, cari dan temukan batas-batas pada tahun ataupun kemunculan hal negatif ataupun tradisi mati. Membangun yang baru, memperkaya tradisi untuk membangun dan memperkuat rasa sebagai komunitas.

Pertanyaan Reflektif
  • Apakah kita memiliki sejumlah tradisi dan seremoni yang mengkomunikasikan ataupun yang memperkuat inti dari norma-norma, nilai-nilai dan cita-cita positif?
  • Apakah kita perlu mengakhiri atau mentiadakan beberapa tradisi negatif atau meningkatkan efektivitas tradisi ataupun seremoni yang tidak efektif tersebut?
  • Seremoni apa yang secara khusus membuat kita menjadi penuh kekuatan, memberikan energi atau pengalaman yang memotivasi, dalam pembentukan komunitas tersebut?
Diskripsikan bagaimana kita melakukannya.
 

Elemen Beracun: Konflik dan Jejaring Budaya yang Negatif
 
Tindakan yang disarankan:  Memberikan masukan langsung tanpa menghakimi  perilaku negatif tertentu beserta efeknya pada sekolah dan stafnya. Buffer yang baru direkrut anggota staf dari anggota negatif budaya, atau mereka akan disosialisasikan ke dalam subkultur beracun. Menyediakan anggota staf baru dengan positif, mentor mendukung. Provide direct, nonjudgmental feedback about specific negative behaviors and their effect on the school and its staff. Buffer newly hired staff members from negative members of the culture, or they will be socialized into the toxic subculture. Provide new staff members with positive, supportive mentors. 

Activity: Identify a member of the staff who takes on negative roles, and provide informal feedback and, if necessary, formal feedback about how his or her behavior is affecting the group. Do some coaching on how to change the person’s behavior, offer to send him or her to a workshop on collaboration or
effective teamwork, or bring in a consultant to work with the person on transforming negative actions into positive ones.

Reflective questions
Who on the staff regularly criticizes everything that is done? (These are not
the honest and helpful critics who point out problems in plans, budgets, or ideas that should be considered.)
What impact does this behavior have on others?
What can you say to give them specific, nonjudgmental feedback about the
effect of their behavior?

Idea: “Plant new trees” by hiring new staff members who support positive values and know how to work collaboratively.

Toxic Element: A Lack of Leadership in the School
Suggested action:Work to improve your own leadership and nurture leadership
among the staff.
Activities:
Conduct a self-evaluation, asking whether you are engaging in the roles and
actions described in this and other books on leadership. Note areas of accomplishment and areas for improvement.
Next, do an informal assessment of staff leadership.Who are seen as leaders? When do they have opportunities to lead? How are they recognized for their leadership?
Then ask staff members whom they see as leaders; discuss the importance of staff leadership during a retreat or faculty meeting. Ask the staff what everyone can do to encourage staff leadership in the school. Take the suggestions, and use the best ones.
Finally, develop an action plan for building and supporting staff leadership
through empowerment, new decision-making structures, professional development, and recognition of staff leaders. Describe what you would do
month by month.

Toxic Element: Positive Role Models Remain Unrecognized in the School and Community
Suggested action: There are always some staff members who are dedicated teachers; find them. Support and recognize these staff members.
Activities:
Identify staff members who have conducted themselves in positive and professional ways. Initially, recognize them confidentially for their contributions.
If they will not be criticized by negative staff members, tell their stories to the school during faculty meetings, in the school newsletter, or on the principal’s daily tours.
List ways in which you can recognize the school’s role models.

Toxic Element: The Only Exemplars Are Antiheroic and Negative Role Models
Suggested action: Recognize and acknowledge the contributions of positive,
energizing staff members.
Reflective questions:
Who are your negative role models? Why is their negative behavior respected or valued? How did they become negative role models? Describe how you might address the negative behavior.
Who can you identify as positive role models and exemplars of the school’s
values? Describe how you can acknowledge their contributions.

Toxic Element: Rather Than Hopes, Dreams, and a Clear Vision, the Culture Supports a Sense of Hopelessness, Discouragement, and Despair

Suggested action: Articulate a clear, compelling, and positive vision for the
school.Make the vision a reality by developing plans, taking action, and modeling its importance. Reinforce that vision by communicating it in stories,
words, and “walking the talk.”
Activities: Hold positive, well-designed ceremonies to recognize positive accomplishments related to the school’s vision.

Reflective questions
Is there a clear, compelling, and positive vision for the school that is regularly articulated?
Are there plans and actions that are moving the school forward?
How can staff and administration reinforce and communicate the vision to everyone?
Understanding and dealing with negative, toxic cultures is a challenge. Following is an overview of major strategies that leaders have used to deal with toxic cultures or subcultures (Deal and Peterson, 1999).

Strategies for Overcoming Negativism
• Confront the negativity head-on; give people a chance to vent their venom in a public forum.
• Shield and support positive cultural elements and staff members.
• Focus energy on the recruitment, selection, and retention of effective, positive staff members.
• Help those who might succeed and thrive better in a new district make the move to a new school.
• Consciously and directly focus on eradicating the negative and rebuilding around positive norms and beliefs.
• Develop new stories of success, renewal, and accomplishment.
• End old or dead ceremonies, and revive dying, decrepit ones.
• Celebrate the positive and the possible.


Referensi:
 

Bower, M.Will to Manage. New York:McGraw-Hill, 1996.


Clark, B. “The Organizational Saga in Higher Education.” Administrative Science Quarterly, 1972, 17, 178–184.

Deal, T. E., and Kennedy, A. A. Corporate Cultures: The Rites and Rituals of Corporate Life. Reading,Mass.: Addison-Wesley, 1982.


Deal, T. E., and Key, M. K. Corporate Celebration: Play, Purpose, and Profit at Work. San Francisco: Berrett-Koehler, 1998.

Deal, T. E., and Peterson, K. D. The Leadership Paradox: Balancing Logic and Artistry in Schools. San Francisco: Jossey-Bass, 1994.

Deal, T. E., and Peterson, K. D. Shaping School Culture: The Heart of Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.

Gordon,W. J. Synectics: The Development of Creative Capacity. New York: Collier Books,1961.

Kouzes, J. M., and Posner, B. Z. Encouraging the Heart: A Leader’s Guide to Rewarding and Recognizing Others. San Francisco: Jossey-Bass, 1999.

Kübler-Ross, E. On Death and Dying. New York:Macmillan, 1969.


Ott, J. S. The Organizational Perspective. Pacific Grove, Calif.: Brooks/Cole, 1989.


Schein, E. H. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey-Bass, 1985.


Waller,W. The Sociology of Teaching. New York:Wiley, 1932.

Tidak ada komentar: