Sabtu, 24 Desember 2016

Pembentukan Budaya Sekolah- Perangkap, Paradok, dan Janji (1): Suatu Pengantar



Buku ini merupakan revisi utama kedua dari ide yang dimulai pada tahun 1990 pada beberapa penelitian tentang “Peran Kepala Sekolah dalam Membentuk Sekolah Budaya” -best-seller Departemen Pendidikan AS. Buku ini direvisi dan diterbitkan kembali dengan sebagai Pembentukan Budaya Sekolah: Jantung Kepemimpinan (1999). Secara substansial tema diperluas dan dikembangkan menjadi berjudul: Pembentukan Budaya Sekolah: Perangkap, Paradoks, dan Janji. Penyajian materi yang signifikan ditambahkan pada paradoks, selain diperbarui dan diperluas dengan ilustrasi untuk memperkenalkan beberapa ide baru. Seperti biasa, buku ini menjadi lebih sempurna atas banyak bantuan dari para pimpinan sekolah selama proses penulisan ulang edisi ini. Bantuan dalam materi penulisan buku ini juga berasal dari seluruh negara bagian dan berbagai ide dari seluruh dunia, selain itu tak ketinggalan dari pembaca dua edisi sebelumnya yang telah berbagi dan menyumbangkan contoh kasus. Sekali lagi hal ini menegaskan, bahwa cerita dan contoh membuat semakin beraneka ragamnya cara berpikir serta strategi di sekolah mereka dan cara penanganan masalah budaya.
Hal ini jelas membutuhkan waktu waktu untuk mempertimbangkan dan memikirkan kembali pentingnya budaya sekolah di lingkungan pendidikan saat ini. Siswa memiliki hak untuk mendapatkan sesuatu yang terbaik dari sekolah, serta yang terbaik dari apa yang dapat kita berikan. Terdapat sedikit keraguan bahwa staf pengajar dan administrator dapat menunjukkan jalan menuju budaya yang sukses sebagai suatu tempat di mana semua siswa belajar. Mengingat akhir-akhir ini, terlalu banyak penekanan telah diberikan kepada reformasi sekolah dari luar melalui kebijakan dan mandat seperti No Child Left Behind (NCLB), Tidak ada anak yang ditinggalkan/diabaikan.  Terlalu sedikit perhatian telah ditujukan kepada cara sekolah dapat dibentuk dari dalam tanpa intervensi dari luar, sebagaimana ditunjukkan oleh Roland Barth (1991).
Penelitian dan contoh-contoh praktek, baik diambil dari pendidikan ataupun bisnis menunjukkan, bahwa memungkinkan dalam setiap komunitas untuk dikembangkan menjadi atau menyamai sekolah papan atas. Buku ini mencoba membawa segala hal terbaik, sejauh yang kita tahu tentang budaya untuk memberikan wawasan dan contoh cara bagi guru, administrator, orang tua, dan masyarakat dapat menciptakan berbagai hal yang positif, seperti rasa peduli, dan sekolah menantang secara intelektual. Pentingnya budaya sekolah dan peran simbolik pemimpin dalam membentuk pola dan praktek budaya, masih  tetap menjadi hal inti dari buku ini.
 Sementara pembuat kebijakan dan reformis mendesak untuk membentuk struktur baru dan penilaian yang lebih rasional, serta yang penting untuk diingat adalah setiap perubahan ini tidak dapat berhasil tanpa dukungan budaya. Tujuan sekolah secara eksistensial merupakan kunci untuk pencapaian dan pembelajaran siswa. Dalam buku ini, penelitian telah diperluas beranjak dari penelitian yang mendasar sebelumnya. Hal ini akan menunjukkan bagaimana budaya mempengaruhi fungsi sekolah. Kita juga mengambil bukti dari dunia bisnis, menghubungkan budaya dengan kinerja keuangan.
Arti penting misi dan tujuan, ditambahahkan dengan beberapa pelengkap materi baru, karena misi dan tujuan adalah fitur utama dari budaya. Contoh jenis-jenis ritual dan tradisi yang ditemukan di sekolah-sekolah berkualitas juga ditambahkan. Selain contoh kasus baru dari cara
bercerita dan sejarah yang digunakan untuk membangun komitmen dan motivasi.  Ilustrasi baru yang penting dari simbol-simbol arsitektur serta dalam tindakan ditambahkan. Studi kasus asli budaya bangunan dan pengembangan ditambahkan dalam bab-bab yang relevan; sebelumnya, contoh kasus ditambahkan  secara terpisah dan hanya tampak sebagai tambahan lampiran. Kasus dengan materi yang cukup ditambahakan pada cara dan pembentukan  budaya pemimpin, dengan peran baru dan berbagai contoh yang dapat bermanfaat. Ide-ide baru yang ditambahkan juga mengenai hal- hal ''beracun'' pada budaya negatif yang berada dalam ritual, tradisi, dan nilai-nilai
telah menjadi sangat “asam” dan mengancam jiwa sekolah. Perluasan diskusi dilakukan dalam kaitan dengan budaya sekolah,  orang tua dan masyarakat setempat. Topik tersebut saat ini menjadi hal yang layak untuk dicermati dan diperhatikan.
Contoh-contoh dan kasus baru dikumpulkan oleh penulis buku ini sambil penulis menjalankan tugas berkeja sama dengan sekolah-sekolah dan organisasi di seluruh dunia, antara lain: Inggris, Columbia, London, Taiwan, Toronto, dan Norwegia. Beberapa contoh yang sangat bagus ditambahkan dari para peneliti lain, tentang sekolah yang sedang berusaha untuk mengubah diri, melengkapi ilustrasi dan memperkaya bangunan-bangunan budaya. Kita percaya bahwa penting untuk kembali mengetengahkan pembahasan sebelum-sebelumnya yang melatar belakangi kajian pada kepemimpinan bifocal (banyak peran) dan paradoks. Dalam buku ini secara sistematis dibahas mengenai beberapa hal sebagai berikut:
Cara pembentukan budaya sekolah di sekolah-sekolah terkemuka, dan bagaimana menyeimbangkan antara kepentingan pendidikan dan bisnis pada suatu lembaga pendidikan. Hal ini akan disajikan dalam bentuk kisah-kisah yang cukup menarik.
Fokus pembahasan juga diarahkan pada unsur-usur budaya dan kepemiminan yang sukses. Unsur-unsur kepemimpinan pada setiap tingkat, mulai dari tingkat guru, kepala sekolah, orang tua, dan anggota komunitas di sekolah dalam membentuk identitas dan citra sekolah. Kesuksesan sekolah di sini ditunjukkan bagaimana pimpinan sekolah tersebut mampu  membaca, menilai, dan memperkuat inti ritual, tradisi, dan nilai-nilai. Sekolah yang sukses memiliki banyak orang yang memiliki jiwa kepemimpinan pada setiap bagiannya, di mana mereka turut memelihara dan mendukung proses belajar dalam segala hal baik siswa dan seluruh staf yang ada. Budaya sukses hanya dimiliki oleh seorang pemimpin yang berwawasan jauh ke depan, mengenai pentingnya sekolah dan ingin membangun kondisi yang terbaik sejauh kemampuan mereka, dan hal ini berasal dari hati yang paling dalam. Budaya yang sukses akan dapat mengatasi segala tugas yang paradoks demi keuntungan dan menciptakan berbagai peluang dalam jangka panjang di masa depan.
Buku ini diharapkan oleh penulisnya dapat menjadi pendukung, pendorong dan pemelihara semangat bagi para pimpinan di sekolah. Pada bagian awal buku ini juga akan diperkenalkan bagaimana budaya sekolah dalam menjalankan reformasi dan pembelajaran siswa. Ditegaskan bahwa hal yang tidak kalah penting untuk perkembangan kemajuan sekolah adalah bagaimana mengelola dan mengorganisasikan berbagai pustaka dan penelitian, selain menekan pada budaya prestasi pada para alumninya.
Elemen-elemen budaya juga ditekankan pada karena menjadi bagian yang sangat penting pada pendidikan, tatanan budaya merupakan landasan dasar bagi tugas dan pekerjaan yang bermakna.
Dalam salah satu bab buku ini juga menyajikan studi kasus, dengan sudut pandang sekolah sebagai suatu masyarakat “tribal” yang sedang berevolusi untuk menjadi lebih maju dan beradab, beranjak dari suasana yang suram ber-tranformasi menjadi sekolah dengan kepemimpinan visioner, dengan tujuan yang ditanamkan secara mendalam, dan selalu membagun motivasi dengan diperkuat oleh tradisi dan ritual.
Pada  Bab berikutnya eksplorasi potensi simbol yang mengacu pada tindakan keseharian. Hal yang dapat dilihat dari arsitektur bangunan sekolah, motto/semboyan, kata-kata dan juga tindakan. Hal berikutnya dilanjutkan pada pembahasan mengenai pentingnya aspek historis sekolah untuk digunakan sebagai reafirmasi untuk memperkuat dan ritual untuk menjaga semangat yang dibangkitkan dari tujuan ataupun kejayaan sekolah atau cita-cita awal dari sekolah yang kemudian akan menentukan pola budaya dan tata cara saat ini. Pusat bagi setiap kultur sekolah terletak pada sejarah, peristiwa-peristiwa masa lalu yang membentuk kondisi saat ini.
Warisan-warisan sejarah yang terdiri dari mitos, misi, tujuan, dan nilai-nilai, perlu digarisbawahi mengingat pentingnya tujuan yang sarat makna dan nilai-nilai yang telah menjadi milik bersama secara luas sebagai pemantik semangat dan vitalitas sekolah.
Pembahasan lain juga dijabarkan mengenai bagaimana cerita saat ini dan kisah-kisah masalalu dapat  menambah energi budaya arus budaya untuk tetap lestari sebagai pelajaran yang penting. Di sini pula akan diungkap rutinitas sehari-hari untuk menampilkan makna ritual, termasuk seremoni seremoni dan Tradisi, ritual ini akan menjadi wahana yang lebih besar dan semakin besar secara episodik, seiring budaya perayaan-perayaan yang direpresentasikan.
Para aktor kebudayaan juga perlu untuk dikemukan, dengan mengungkapkan peran-peran nyata yang sering muncul dan hal tersebut merupakan tugas di luar “job description” resmiyang merupakan bagian dari pola dan praktek untuk selalu menjaga supaya kebudayaan tetap utuh dan pada jalurnya sesuai dengan cita-cita awal.
Bagian Kedua dari buku ini adalahPeran simbolik Pemimpin Sekolah yang dipaparkan bagaimana konsep-konsep tersebut diterapkan secara aplikatif. Pembahasan tentang bagaimana lembaga pendidikan melakukan transformasi, dan melakukan metamorfosis budaya. Contoh-contoh kasus juga akan disajikan, dengan maksud untuk menunjukkan bagaimana suatu kepemimpinan dapat membangun sekolah, dengan berpedoman pada  budaya melalui tujuan, semangat dan segala unsur budayanya.
Pembahasan mengenai budaya yang menjadi asam (acid) atau penuh dengan bakteri pembusuk/ septic. Dalam bab tersebut menggambarkan pengalaman sekolah-sekolah dari sisi gelap. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi fitur dari sisi gelap dalam rangka menyiapkan penawar (anti-dotes) ketika situasi yang beracun.
Pemeriksaan atau mencermati  hubungan simbolis kunci antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dilakukan dan disajikan secara deskriptif. Disajikan pula deskripsi mengenai aneka peran (multipleroles) para pemimpin dengan mengambil peran sebagai pembentuk budaya, yaitu sebagai: Sejarawan, detektif antropologi, visioner, simbol, Pengrajin Keramik, penyair, aktor, dan penyembuh. Setelah itu kemudian dijabarkan aspek teknis manajemen dalam menjalankan peran simbolis kepemimpinan tersebut. Aspek simbolis kepemimpinan untuk menciptakan ide pokok “bifocal” (peran ganda) yang menuntut untuk berpikir baik secara struktural segaligus simbolis. Belum banyak  Sangat sedikit isu-isu dalam dalam dunia kependidikan mengenai kepala sekolah yang mengatakan “ya” untuk berurusan dengan kondisi paradoks karena akan membuat makin bertambahnya pekerjaan, sehingga justru lebih sering menghindari untuk mengurangi stres dan kurang menguntungkan. Hanya pemimpin sekolah yang memiliki keinginan besar untuk membangun dan mempertahankan budaya yang sukses harus menghadapi paradoks ini kemudian memanfaatkan secara rasional dan etis kesempatan-kesempatan untuk berkonfrontasi. Pendekatan ini mengarah pada sekolah yang ideal.
Pada beberapa bagian terakhir buku ini mengulas tentang bagaimana untuk mencapai keseimbangan dengan budaya rapat untuk menjawab tuntutan struktural. Paradoks-paradoks ini merupakan tantangan yang akan membentuk arah dan harapan bagi para pemimpin untuk terus melakukan eksplorasi pada milenium ini.

Referensi

Barth, R. S. (1991). Improving schools from within: Teachers, parents, and principals can make the difference. San Francisco: Jossey-Bass.

Deal, T. E., & Peterson, K. D. (1990). The principal’s role in shaping school culture. Washington, D.C.: U.S. Department of Education.

Deal, T. E., & Peterson, K. D. (1994). The leadership paradox: Balancing logic and artistry in schools. San Francisco: Jossey-Bass.

Deal, T. E., & Peterson, K. D. (2009). Shaping School Culture: Pitfall, Paradoxes, Promises. San Francisco: Jossey-Bass.

Tidak ada komentar: