Selasa, 22 September 2015

Filosofi Riset Kependidikan (8): Pengajaran sebagai Kunci dalam Pendidikan


Penelitian 'pengajaran’ mengalami masalah yang sama sebagaimana penelitian dalam pembelajaran - yaitu, perampingan konsep demi kesederhanaan, kemudahahan pengukuran. Reynolds (1998) dengan yakin mengatakan bahwa sesungguhnya terdapat kerangka pengetahuan dalam pengajaran yang efektif sehingga memungkinkan kita untuk menyusun pedoman tentang pengajaran. Namun tanpa adanya niat untuk melakukan analisis mengenai hal-hal penting mengenai konsep pengajaran. Tindakan pengajaran  harus memenuhi syarat sebagai berikut, pertama, memiliki niat dan bertujuan untuk membawa pembelajaran, kedua, memperhitungkan karakteristik dan level para pelajar, dan, ketiga, siswa memiliki perhatian terhadap materi yang harus dipelajari.
Karakteristik materi pembelajaran menentukan bagaimana cara mengajar, kesiapan peserta didik juga perlu diperhatikan, jika hal ini diabaikan maka tindakan tersebut tidak bisa dikatakan pengajaran. Tentu saja, hal ini akan berimplikasi pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu, ketika siswa selalu gagal untuk belajar apa pun, maka mungkin guru belum benar-benar mengajar. Perkuliahan dengan membawakan topik ilmiah yang kompleks tanpa mempertimbangkan tingkat pemahaman audiens, hal ini pun  tidak dapat disebut sebagai pengajaran. Pengajaran merupakan usaha secara sadar untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan pikiran pelajar dan subyek/pelajar (tingkat pengetahuan dan pemahaman publik), dan  keahlian guru seperti terletak pada kedua pemahaman tersebut.
Variasi pengajaran terdapat bermacam cara mengajar melalui contoh, melalui instruksi, melalui pertanyaan, melalui penataan ruang kelas dengan cara tertentu, melalui menyusun daftar bacaan, melalui mempersiapkan diskusi atau pemberian bahan pembelajaran, melalui penulisan buku teks, atau melalui mengatur macam tertentu pengalaman. Hal yang membuat kegiatan pengajaran menjadi beragam  adalah, pertama, niat untuk membawa pada proses pembelajaran; kedua, relevansi kegiatan tersebut pada materi yang akan dipelajari; dan, ketiga, relevansi kegiatan pada keadaan pemikiran dan motivasi peserta didik. Misalnya hubungan antara aktivitas pengajaran diklaim dan hasil belajar harus menjadi salah satu yang menghormati sifat yang yang harus dipelajari. Seorang guru tidak dapat dikatakan memberikan pengajaran/ mengajar ketika dia tidak memahami konsep dasar.
Penelitian pendidikan harus fokus -namun demikan tetap tidak eksklusif-, memperhatikan bagaimana interaksi antara guru dan pelajar dalam rangka mengembangkan kapasitas, keterampilan, pemahaman dan model apresiasi, dengan menghargai sudut pandang pelajar dalam melihat dunia. Nilai aktivitas tersebut terletak pada peningkatan kapasitas mengendalikan lingkungan fisik atau untuk memahami kekuatan sosial dan ekonomi. Kegiatan pembelajaran tertentu harus dilihat dalam konteks 'praktik pendidikan'yang lebih luas,  di mana tujuan dan nilai-nilai yang terkandung dapat dipahami.
Guru tidak bertindak sendiri. Mereka adalah bagian dari lembaga yang lebih besar, dan otoritas mereka diperoleh dari partisipasi mereka dalam institusi tersebut. Mereka adalah mediator budaya untuk tumbuh bersama pikiran pelajar. Kelas bukanlah disiapkan sebagai untuk mempromosikan pandangan pribadi, namun lebih pada  forum di mana terjadi pewarisan pemahaman  masyarakat  dan kemudian dikomunikasikan ke generasi berikutnya. Dengan demikian wacana pendidikan (yaitu,cara untuk membahas tentang praktek pendidikan) harus merangkul ini tujuan moral yang lebih luas di mana perkembangan suatu pribadi sebagai tujuan utamannya. Hal ini dinilai secara kompleks di mana pencapaian pembelajaran teraih. A fortiori, suatu wacana yang menghargai cara mengajar sebagai bagian penting dari prestasi belajar sebagai suatu pengantar ke dunia pengetahuan publik, kritik dan nilai-nilai.

Sumber:

Pring, Richard
     2005, Philosophy of Eduacional Research: Second Edition, London: Continuum  

Reynold, D
     1989, Teacher Effectiveness: Better Teacher, Better School, and Effect on Children.              
                Research intelligence, No. 66

Tidak ada komentar: