Kamis, 27 Februari 2014

Filosofi Riset Kependidikan (5): Konsep Pendidikan


Suatu tindakan menjadikan pendidikan sebagai konsep yang khas diawali dengan pendapat Dewey (1961) yang membedakan antara kegiatan edukasional dan mis-edukasional. Kegiatan edukasional merupakan suatu tindakan yang menuntun pada perkembangan atau peningkatan. Sementara kegiatan yang misedukasional merupakan suatu kegiatan ataupun pengalaman-pengalaman yang tidak mendidik ataupun yang menghalangi perkembangan. Namun penting, secara objektif, pelajaran atau kurikulum mungkin akan dinilai, jika ternyata murid tidak menerima materi dengan baik atau menutup pikiran untuk berpikir lebih lanjut atau tumpul kepekaan, maka itu bukan pendidikan. Menurut Dewey, pendidikan lebih mengacu pada pengembangan kapasitas manusia, untuk mengetahui, memahami, menilai, dan perilaku yang cerdas. Sementara misedukasi adalah sebaliknya yaitu terhentinya pengembangan semua kapasitas manusia.
Dewey juga membedakan mengenai apa yang disebut "kemanusiaan", yang dimiliki oleh setiap manusia dengan kapasitasnya untuk beradaptasi terhadap pengalaman dan situasi baru, bukan sebagai organisme lain yang beradaptasi pada lingkungan hanya secara biologis. Manusia beradaptasi terhadaptasi dengan menggunakan kemampuan konseptualisasi masalah dan kemungkinan untuk memecahkan masalah tersebut. Setiap permasalahan merupakan persimpangan jalan dengan kemungkinan-kemungkinan penuh alternatif untuk diidentifikasi dan diuji. Jika hipotesis terbukti benar, maka cara-cara tertentu dapat dipastikan dan menjadi lebih meyakinkan. Tetapi hal ini akan memiliki konsekuensi pada munculnya  pertanyaan ataupun permasalahan lebih lanjut yang harus diselesaikan. Tidak ada istilah berakhir pada perluasan dan perkembangan cara pemahaman, penyesuaian, berdasarkan pengalaman, penemuan, dan pemikiran kritis. Pendidikan merupakan kehidupan pemikiran dan seperti kehidupan akan berhenti tumbuh dan berkembang ketika tidak dipelihara dan dirawat secara baik dan hati-hati.
Pendidikan tidak akan lepas dari keberadaan guru untuk memfasilitasi peserta didik dengan cara selalu melakukan penyesuaian pada berbagai pengalaman baru, baik itu melalui literatur yang dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru. Terutama pengalaman-pengalaman generasi sebelumnya. Pendidikan juga memiliki tempat bagi suatu komunitas, di mana pemahaman secara publik  merupakan kontribusi dari generasi sebelumnya dalam komunitas tersebut. Pemahaman publik tersebut turut mewarnai dunia pemahaman. Guru yang telah berpengalaman memiliki peranan dalam membentuk dunia pemahaman peserta didik, yang berikutnya mewarnai pemahaman publik. Kemajuan pemahaman publik juga tergantung interaksi antara guru, peserta didik, dan juga publik.
Hal di atas menunjukkan bahwa edukasi merupakan fenomena sosial di mana di dalamnya melibatkan interaksi antar personal maupun personal dengan kolektif/kelompok (publik) dalam rangka transmisi pemahaman ketika itu antar generasi. Interaksi dalam rangka pertukaran dan penularan pemahaman disebut sosialisasi, sementara setiap individu yang menyerap dan menanamkan pemahaman milik bersama lazim disebut internalisasi. 

Pustaka

Dewey, J. 
     1916. "Democracy and Education". New York: The Free Press

Pring, Richard.
     2000. "Philosophy of Educational Research". New York: Continuum


Tidak ada komentar: