Selasa, 09 Juli 2013

Filosofi Penelitian Kependidikan (3): Kesenjangan antara Peneliti dengan Guru

Masalah mengenai pemahaman dalam penelitian kependidikan banyak sekali ditemukan dan dialami. Hal yang masih jarang ditemukan adalah solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Walaupun demikian, secara antusias penelitian ini banyak, dan semakin banyak dilakukan walaupun berbagai permasalahan pemahaman masih menjadi hambatan dalam meningkatkan hasil dan validitas serta reliabilitas penelitian.

Permasalahan yang tidak kalah penting adalah terdapat kesenjangan antara peneliti dalam mengembangkan ranah kajian ilmiah dan guru sebagai praktisi yang memanfaatkan hasil penelitian pada tataran praktis. Kadang kala kesenjangan tersebut seakan tak terjembatani dengan baik. Sebagaimana kesenjangan antara teori, konsep dengan panduan dan pedoman praktis serta realitas di dunia pendidikan. Richard Pring (2000: 6) pernah memaparkan bahwa terdapat beberapa kesenjangan yang hampir tak terjembatani antara para peneliti dan guru. Hal ini akan dipaparkan sebagai berikut.

Pertama, kesenjangan antara kependidikan dan praktek kependidikan terjadi karena beberapa hal. Di antaranya adalah keterbatasan secara logis dalam menyamakan dan membedakan antara penelitian kependidikan dan penelitian medis. Hal ini adalah sesuatu yang wajar mengingat dua bidang ini merupakan suatu hal yang berbeda, sehingga dalam hal tertentu tidak dapat diterapkan secara paksa. Seperti misalnya penelitian eksperimental dari ilmu medis yang dianalogikan bahkan dipaksakan untuk diterapkan pada penelitian kependidikan. Sehingga, sebaiknya tidak sembarangan dalam menerapkan model eksperimental ini pada penelitian kependidikan.

Kedua, model penelitan yang digunakan dalam penelitian ilmu sosial juga sering diadopsi pada penelitian pendidikan, hal ini juga harus memperhatikan, mengingat dalam ilmu sosial terdapat berbagaimacam model yang secara akumulatif dikombinasikan. Hal ini tidak mungkin dilakukan secara sembarangan tanpa pemahaman epistimologis, dan metodologis. Ketika pemahaman kurang maka hasil dari kombinasi berbagai model dapat menimbulkan kekacauan pemahaman baru, atau dengan kata lain akan membuat hasil penelitian ini sulit untuk ditransformasikan di bidang yang lebih praktis.

Ketiga, kesenjangan antara penelitian pendidikan dengan praktek pendidikan menciptakan tembok penghalang dalam ranah penelitian ilmu pengetahuan. Perbedaan bahasa atau istilah antara istilah para guru yang sangat praktis sering berbeda dengan bahasa teknis dari para peneliti. Namun hal ini dapat dikatakan bahwa ini merupakan suatu kesalahan dari para peneliti dalam rangka memahami realitas di dunia praktis.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa isu dari permasalahan ini sesungguhnya adalah proses transformasi model penelitian dari model ilmu sosial yang mengalami perubahan bentuk, baik dalam bahasa ataupun konsep-konsep yang ada dalam penelitian dan praktis. Hal inilah yang nantinya akan muncul menjadi pusat perhatian dalam buku "Filosofi Penelitian Kependidikan" ini. Adapun yang akan dijadikan fokus dari kajian berada pada level "Pemaknaan", yang menekankan pada pemahaman, filosofis dan sejauh ini hal tersebut yang dikatakan atau diklaim sebagai "Kebenaran". Hal ini juga merupakan hal yang berkaitan dengan selalu di "verifikasi" pada setiap pencapaian kesimpulan, di"konseptualisasikan" dari permasalahan dan solusi,"objektivitas" penelitian, dan merupakan realitas dapat memungkinkan untuk diketahui atau dipahami (knowability). Sebagaimana yang dikatakan oleh Hargreave (1997:405), walaupun demikian, masih saja hal ini sulit untuk diketahui dan dipahami dan nampak angkuh sehingga membawa suatu riset pada sesuatu yang sama sekali tidak berharga, sehingga sangat diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang luas mengenai filosofi dari suatu penelitian beserta segala aspeknya.

Riset atau penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu yang mengacu pada penulisan dengan cara berfikir dan percarian yang sistematis, kritis dan kemampuan mengkritisi diri (self critical), yang diharapkan dapan membawa pengetahuan kepada tahap atau tingkat yang lebih lanjut (Stenhouse, 1975: 156). Hal ini bukan saja hanya untuk penelitian yang empiris, melainkan juga penelitian-penelitan historis, dokumenter (kajian pustaka, literatur, ataupun data sekunder), maupun kajian filosofis.
Satu hal lagi yang mungkin juga mengacu pada Bassey (1995), yang memetakan perbedaan jenis-jenis dan demensi dari penelitian kependidikan yang muncul dari definisi Stenhouse tersebut. Namun hal ini akan lebih memiliki nilai guna ketika memetakan jenis penelitian pendidikan dalam konteks yang lebih luas yaitu berbagai penelitian yang ada, khususnya dalam penelitian-penelitian kritis, kata Oncea (2003).
Penelitian, secara lebih jelasnya merupakan penggambaran dari suatu pencarian kritis dalam konteks penelitian ilmu sosial. Walaupun demikian masih perlu beberapa catatan penting dan beberapa argumen tertentu yang menunjukkan ciri khas dari penelitian kependidikan tanpa mengalami reduksi keilmiahannya. Hal inilah yang masih menjadi "PR", di antaranya adalah untuk menggali secara filosofis untuk menempatkan penelitian pendidikan sebagai bagian dari penelitian sosial. Hal ini dirasa lebih sesuai dibandingkan ketika penelitian kependidikan ini diletakkan dalam konteks ilmu alam, matematik, dan terlalu jauh tenggelam dengan kerumitan perhitungan statistik dengan cara-cara eksperimental, yang tentu saja semakin menjauhkan dari kodrat manusiawi dan realitas pendidikan sebagai fenomena sosial.


Sumber Pustaka:

Bassey, M.
    1995      "Creating Education through Research". Newark: Kirklington Moor Press.

Hergreaves, D.
    1997     "Defence of research for evidence-based teaching". British Educational Research Journal. 23 
                  (4)

Oncea, A.
  2003      "Critiscism of Educational Research: Key Topics and Levels of Analysis", makalah yang    
                  dipresentasikan pada BERA conference, September.

Pring, Richard.
  2000      "Philosophy of educational research", New York and London : Continuum

Stenhouse, L.
  1975      "An Introduction to Curriculum Research and Development", London: Heinemann

Tidak ada komentar: