Landscapes atau bentang alam secara fisik di Cina secara
signifikan sangat banyak mengalami perubahan yang sangat besar yang
dilakukan oleh manusia selama berabad-abad dengan proyek-proyek besar
seperti Great Wall dan Grand Canal. Secara tradisional, manusia
merekayasa secara tradisional lingkungan mereka untuk mengendalikan
erosi dengan terasering dan melalui pengairan (irigasi) untuk
mereklamasi lahan-lahan yang secara alami sebenarnya rawan erosi dan
sulit untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Hal ini dapat
diartikan bahwa dengan mengelola sumberdaya alam, maka kesempatan
untuk meningkatkan produksi pangan menjadi lebih besar. China dapat
menciptakan lahan-lahan yang secara alami tidak memungkinkan untuk
pertanian, menjadi memungkinkan.
- Menciptakan bukit menjadi
lahan bertingkat-tingkat dengan terasering lereng bukit.
Wilayah Cina baik utara
maupun selatan memiliki landskap yang berbukit-bukit dan tidak
selurunya datar. Dengan kondisi alam semacam ini, selama berabad-abad
para petani di
Cina memahat perbukitan menjadi berundak-undak,
dibentuk teras secara bertingkat. Pada kondisi tertentu, terdapat
pula teras-teras atau undak-undak lahan tersebut yang memang sudah
tercipta secara relatif alami, sehingga hanya perlu sedikit
memodifikasinya untuk menjadikannya terasering supaya memungkinkan
untuk ditanami. Namun demikian, ada pula bukit yang memang
benar-benar harus “dipahat” untuk menciptakan teras-teras
tersebut baik dengan memindahkan tanah, meratakan, dan menyusun
batu-batu sebagai tanggul supaya tanah lebih stabil. Setelah itu
mereka membuat pintu air untuk mengendalikan aliran air. Pengendalian
air baik itu untuk mengalirkan dan membuang aliran air, serta untuk
menahan air dalam kondisi tertentu, merupakan hal yang paling penting
untuk pertanian lahan basah di jenis lahan semacam ini.
- Pengelolaan sumber
daya air dalam rangka untuk mengurangi erosi dan membuat air yang
tersedia untuk produksi padi pada teras.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar